Smelter Freeport Senilai Rp58 Triliun di Gresik Mulai Beroperasi

Rampung setelah menghadapi berbagai tantangan

Intinya Sih...

  • Smelter PT Freeport Indonesia di Gresik resmi beroperasi, dibangun dalam waktu 30 bulan dengan investasi 3,67 miliar dolar AS atau setara Rp58 triliun
  • Pembangunan smelter merupakan bagian dari perjanjian IUPK, selesai tepat waktu dan telah mulai berproduksi pada Agustus, dengan target mencapai kapasitas penuh pada Desember 2024

Jakarta, IDN Times - Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur telah resmi beroperasi per Kamis (27/6/2024).

Peresmian dilakukan oleh Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto bersama Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, didampingi Presiden Direktur PTFI Tony Wenas.

“Pabrik yang saya sebut extraordinary. Luar biasa dalam waktu 30 bulan sejak kita groundbreaking oleh Pak Presiden bisa (selesai pembangunan) on time. Ini luar biasa,” kata Airlangga, dikutip dari keterangan tertulis.

Investasi yang digelontorkan PTFI untuk pembangunan smelter tembaga dengan desain single line terbesar di dunia itu telah mencapai 3,67 miliar dolar AS atau setara Rp58 triliun hingga akhir Mei 2024.

Baca Juga: Bahlil Pastikan Smelter Freeport di Gresik Beroperasi Juli 2024

1. Pembangunan smelter Freeport bagian dari perjanjian IUPK

Smelter Freeport Senilai Rp58 Triliun di Gresik Mulai Beroperasi

Airlangga menjelaskan, pembangunan smelter Freeport merupakan bagian dari perjanjian Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Proyek tersebut selesai tepat waktu dan telah mulai beroperasi serta berproduksi pada Agustus, dengan target mencapai kapasitas penuh pada Desember 2024.

“Jadi ini (smelter) sangat tepat waktu karena sekarang renewable energy menjadi tren dan butuh critical mineral salah satunya copper,” tuturnya

Airlangga menyatakan bahwa dengan keberadaan smelter PTFI, seluruh proses penambangan hingga pemurnian dilakukan di dalam negeri, yang diharapkan membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia.

Baca Juga: Jokowi Perpanjang Relaksasi, Freeport Segera Ajukan Izin Ekspor

2. Pembangunan smelter Freeport hadapi berbagai tantangan

Smelter Freeport Senilai Rp58 Triliun di Gresik Mulai Beroperasi

Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia juga menyampaikan rasa syukur dan bahagia atas beroperasinya smelter Freeport, meskipun pembangunan tersebut menghadapi berbagai tantangan.

“Saya tahu betul membangun smelter ini tidak gampang, sempat mau digeser, dinamikanya minta ampun. Pada 2021, saat kita putuskan segera membangun, ada pandemi COVID-19,” kata Bahlil.

Namun, dia menegaskan hari ini smelter tersebut berhasil beroperasi. Hal itu menunjukkan komitmen manajemen Freeport Indonesia dalam memenuhi syarat IUPK.

“Ini pembuktian manajemen Freeport mewujudkan komitmen implementasi syarat IUPK,” ucapnya.

3. Selesainya pembangunan smelter menandai dimulainya hilirisasi

Smelter Freeport Senilai Rp58 Triliun di Gresik Mulai Beroperasi

Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bambang Suswantono menyatakan Kementerian ESDM memonitor pembangunan smelter Freeport.

"Peresmian smelter Freeport di Gresik menandai dimulainya hilirisasi mineral sesuai arahan Presiden Joko Widodo. Berkat dukungan Freeport, Kabupaten Gresik, dan Pemprov Jatim, smelter ini selesai tepat waktu, menandai awal hilirisasi mineral di Indonesia," ujar Bambang.

Smelter baru PTFI memiliki kapasitas produksi 1,7 juta ton konsentrat tembaga. Selain menghasilkan katoda tembaga, smelter ini juga memproduksi lumpur anoda yang kemudian dimurnikan di Precious Metal Refinery (PMR) menjadi emas, perak batangan, dan Platinum Group Metals (PGM).

4. PTFI menilai potensi tembaga dunia akan terus meningkat

Smelter Freeport Senilai Rp58 Triliun di Gresik Mulai BeroperasiTambang bawah tanah Freeport, tepatnya di Grasberg Block Cave. (dok. YouTube IDN Times)

Presiden Direktur Freeport Indonesia, Tony Wenas menyatakan pembangunan smelter baru tersebut merupakan bentuk komitmen perusahaan dalam mendukung kebijakan hilirisasi mineral tembaga yang dicanangkan oleh pemerintah.

Dia juga mengatakan tembaga akan sangat dibutuhkan di masa depan, mengingat banyak negara sedang berlomba dalam transisi energi dan akan memerlukan tembaga dalam jumlah besar.

“Apa yang dicanangkan Pak Presiden dalam IUPK untuk membangun satu smelter baru lagi adalah intuisi yang tepat. Permintaan tembaga dunia akan meningkat terus, mempercepat pembentukan ekosistem electric vehicle, mempercepat Indonesia emas,” tuturnya.

Baca Juga: Menteri ESDM Minta Freeport Penuhi Syarat Smelter untuk Bisa Ekspor

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya