Setop Bikin PLTU Mulai 2030, RI Butuh Banyak Baterai Buat EBT

Tidak ada pembangunan PLTU baru mulai 2030

Intinya Sih...

  • Indonesia tidak akan membangun PLTU baru setelah 2030 untuk mengurangi emisi
  • Pengelolaan energi terbarukan membutuhkan fleksibilitas sumber daya dan penyimpanan energi

Jakarta, IDN Times - Indonesia menegaskan tidak akan ada penambahan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara baru setelah 2030. Langkah tersebut merupakan salah satu komitmen penting dalam upaya pengurangan emisi.

Di sisi lain, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Eniya Listiana Dewi menyatakan, transisi menuju sistem energi yang didominasi energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, menghadapi tantangan besar, terutama dalam menjaga stabilitas jaringan listrik.

"Mengubah sistem energi yang didominasi oleh energi terbarukan, khususnya surya dan angin, datang dengan tantangan, terutama terkait stabilitas jaringan listrik," kata dia dalam International Sustainability Forum (ISF) di Jakarta, Kamis (5/9/2024).

1. Indonesia butuh tempat menyimpan listrik energi terbarukan

Setop Bikin PLTU Mulai 2030, RI Butuh Banyak Baterai Buat EBTPetugas PLN melakukan inspeksi solar panel PLTS IKN. (dok. PLN)

Eniya menjelaskan, pengelolaan energi terbarukan membutuhkan perencanaan fleksibilitas sumber daya. Dia menyebutkan pembangkit listrik, sistem transmisi, dan distribusi harus dilengkapi dengan penyimpanan energi (energy storage) serta respons permintaan di berbagai level.

Menurut dia, tempat penyimpanan energi sangat penting untuk mendukung transisi energi dan meningkatkan fleksibilitas sistem kelistrikan, serta memfasilitasi dekarbonisasi melalui energi terbarukan.

Tantangan terbesar terletak pada jaringan listrik nasional, khususnya di bagian timur Indonesia yang masih belum terhubung dengan jaringan listrik. Untuk itu, sistem off-grid yang menggabungkan penggunaan baterai dan smart grid sangat dibutuhkan di wilayah tersebut.

"Jadi, ada tantangan besar di bagian timur Indonesia dan kami ingin lebih banyak menggunakan baterai di sini," tuturnya.

Baca Juga: Indonesia Butuh Rp616 Triliun per Tahun Kejar Bauran EBT 23 Persen

2. Pembangunan energy storage menghadapi sejumlah tantangan

Setop Bikin PLTU Mulai 2030, RI Butuh Banyak Baterai Buat EBTilustrasi baterai pada motor listrik (dok. WIRED)

Eniya menyatakan, meskipun penyimpanan energi memiliki prospek yang besar, keberhasilan implementasinya akan bergantung pada beberapa faktor.

Di antaranya adalah tingginya biaya baterai, kerangka kebijakan yang mendukung, kemampuan industri dalam negeri, serta rantai nilai lokal. Eniya juga menekankan pentingnya memperhatikan masalah limbah baterai.

"Jika kami menggunakan lebih banyak baterai dalam kebijakan kendaraan listrik kami, kami juga harus memperhatikan bagaimana menangani limbah baterai di masa depan," kata dia.

3. Indonesia punya potensi kembangkan pasar penyimpanan listrik

Setop Bikin PLTU Mulai 2030, RI Butuh Banyak Baterai Buat EBTilustrasi baterai (pexels.com/Hilary Halliwell)

Terlepas dari tantangan yang ada, Indonesia punya potensi besar untuk mengembangkan rantai nilai penyimpanan energi yang lebih baik.

Menurutnya, sumber daya mineral yang melimpah dan meningkatnya permintaan energi seharusnya mendorong perkembangan pasar penyimpanan energi di masa depan.

Eniya juga menyoroti perkembangan industri pertambangan di Pulau Sulawesi, yang memiliki kebutuhan listrik yang besar. Dia menekankan pentingnya menerapkan konsep pertambangan hijau, di mana sektor tersebut juga mulai menggunakan energi terbarukan.

"Oleh karena itu, mendukung penyimpanan energi, serta bagaimana kita membangun ekosistem penyimpanan energi, menjadi fokus kami," ucapnya.

Baca Juga: Asosiasi Energi Angin Dukung Pemerintah Capai Target EBT

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya