Sejarah Adaro, Perusahaan Raksasa Batu Bara di Indonesia

Ternyata perusahaan ini lahir pada 1970-an

Jakarta, IDN Times - PT Adaro Energy Tbk memulai perjalanannya di industri energi nasional pada 1970-an, ketika pemerintah Indonesia memperluas kebijakan energi untuk mengikutsertakan batu bara sebagai sumber bahan bakar utama.

Seiring dengan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas, Adaro tumbuh menjadi salah satu perusahaan tambang terbesar di Tanah Air, dengan produksi mencapai lebih dari 52 juta ton batu bara pada 2021.

Bagaimana perjalanan sejarah Adaro?

Baca Juga: Adaro Energy Buka 21 Lowongan Kerja, Cek Posisi dan Kualifikasinya!

1. Adaro lahir dari perusahaan asal Spanyol

Sejarah Adaro, Perusahaan Raksasa Batu Bara di IndonesiaIlustrasi tambang batubara (unsplash.com/@dominik_photography)

Dikutip dari laman resminya, sejarah Adaro bermula dari krisis minyak dunia pada 1970-an, yang mendorong pemerintah Indonesia untuk merevisi kebijakan energi, mengalihkan fokus dari minyak dan gas ke batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi domestik.

Pada 1976, Departemen Pertambangan membagi wilayah Kalimantan Timur dan Selatan menjadi delapan blok batu bara dan membuka tender untuk pengelolaannya.

Blok 8 di Tanjung, Kalimantan Selatan, akhirnya dimenangkan oleh Enadimsa, sebuah perusahaan Spanyol, yang tertarik karena hasil survei sebelumnya menunjukkan adanya potensi batu bara di wilayah tersebut.

Nama Adaro dipilih oleh Enadimsa sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga Adaro, tokoh bersejarah dalam industri pertambangan Spanyol. Perjanjian Kerjasama Batubara (CCA) dengan pemerintah Indonesia ditandatangani pada 2 November 1982, dan Enadimsa memulai eksplorasi di area tersebut pada 1983.

2. Indonesia dan Australia ambil alih 80 persen saham

Sejarah Adaro, Perusahaan Raksasa Batu Bara di Indonesiailustrasi saham (Pixabay/sergeitokmakov)

Konsorsium perusahaan Australia dan Indonesia kemudian mengambil alih 80 persen saham Adaro pada 1989. Pada awal 1990-an, Adaro menyelesaikan studi kelayakan dan memilih rute transportasi batu bara yang lebih efisien di sisi barat Sungai Barito.

Produksi pertama dimulai di tambang Paringin pada Maret 1991, dengan konstruksi jalan angkutan batu bara dan fasilitas lainnya selesai setahun kemudian. Pengembangan tambang itu dipercepat untuk memenuhi permintaan pasar secepat mungkin.

Adaro juga memfokuskan pengembangan sumber daya lokal, merekrut tenaga kerja dari masyarakat setempat dan memaksimalkan penggunaan jasa kontraktor lokal.

Meski awalnya sulit mendapatkan pembiayaan dari bank karena keraguan terhadap kualitas batu bara sub-bituminus Adaro, para pemegang saham akhirnya menyuntikkan dana sebesar 20 juta dolar AS untuk mendanai proyek tersebut.

Baca Juga: Adaro Energy Bagikan Dividen Final 500 Juta Dolar AS, Ini Jadwalnya

3. Penjualan batu bara pertama ke perusahaan Jerman

Sejarah Adaro, Perusahaan Raksasa Batu Bara di Indonesiailustrasi tambang di Peru (ey.com)

Penambangan batu bara pertama dilakukan pada 1991 di tambang Paringin, diikuti dengan penjualan komersial pertama ke perusahaan Jerman, Krupp Industries, pada 1992.

Batu bara Adaro dipasarkan dengan merek "Envirocoal" yang menekankan kandungan sulfur dan abu rendah, menjadikannya pilihan ramah lingkungan bagi industri.

Baca Juga: Diserang Media Asing, Adaro Minerals Bantah Lakukan Greenwashing

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya