Gawat, Produksi Beras Nasional Turun saat Impor Tersandung Kasus

Kapasitas produksi cenderung turun dalam enam tahun terakhir

Intinya Sih...

  • Produksi beras nasional turun 13,3 persen atau setara 2,47 juta ton dari Januari hingga Juli 2024.
  • Penurunan produksi beras nasional terus terjadi sejak 2018 akibat faktor iklim dan masalah struktural dalam sektor pertanian.
  • KPK siap turut tangan dalam kasus biaya demurrage Rp350 miliar akibat tertahannya beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak.

Jakarta, IDN Times - Direktur Lembaga Kajian Next Policy, Yusuf Wibisono menyoroti kebijakan impor beras yang diusung oleh pemerintah. Dia mencatat ada penurunan produksi beras nasional dari Januari hingga Juli 2024.

Pada periode tersebut, produksi beras diperkirakan turun hingga 13,3 persen atau setara 2,47 juta ton dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023.

“Jatuhnya produksi beras nasional di semester pertama 2024 ini menguatkan kecenderungan penurunan kapasitas produksi beras nasional dalam enam tahun terakhir,” kata Yusuf dalam keterangannya, Rabu (31/7/2024).

Baca Juga: Panen Raya, Berhasil Turunkan Harga Beras?

1. Klaim turunnya produksi beras imbas El-Nino dipertanyakan

Gawat, Produksi Beras Nasional Turun saat Impor Tersandung Kasusilustrasi kekeringan (pixabay.com/BabbaT007)

Yusuf menjelaskan sejak 2018, produksi beras nasional mengalami penurunan yang terus-menerus. Dia mengungkapkan pada 2018, produksi beras nasional masih mencapai 33,9 juta ton, namun pada 2023, jumlahnya menurun menjadi 30,9 juta ton.

“Jatuhnya produksi beras nasional banyak diklaim karena faktor iklim akibat el-nino yang bermula sejak Juni 2023 dan berlanjut hingga pertengahan tahun 2024 ini, yang menciptakan kekeringan di sebagian besar wilayah sentra padi,” ungkapnya.

Namun demikian, Yusuf berpendapat tren kenaikan harga beras yang terjadi sejak 2022 menunjukkan itu tidak semata-mata disebabkan oleh faktor El-Nino.

Dia meyakini kenaikan harga beras yang terus berlangsung selama tiga tahun terakhir mencerminkan adanya masalah struktural yang mendalam dalam sektor pertanian.

“Bila di awal 2022 rata-rata harga beras tercatat hanya di kisaran Rp11.750 per kg, maka di awal 2023 merangkak naik di kisaran Rp12.650 per kg, di awal 2024 mencapai di Rp14.550 per kg, dan kini di pertengahan 2024 telah mencapai kisaran Rp15.350 per kg,” tambah Yusuf.

2. Impor beras menghadapi masalah

Gawat, Produksi Beras Nasional Turun saat Impor Tersandung KasusImpor beras yang dilaksanakan oleh Perum Bulog. (dok. Bulog)

Di sisi lain, impor beras yang bertujuan untuk mencukupi pasokan di dalam negeri menghadapi masalah, di mana Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) siap turut tangan mendalami kasus biaya demurrage (denda) Rp350 miliar akibat tertahannya beras impor 490 ribu ton di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Hal itu disampaikan Juru bicara KPK Tessa Mahardhika Sugiarto saat merespons informasi terkait kasus biaya demurrage akibat tertahannya ratusan ribu beras impor di dua pelabuhan tersebut.

“Menanggapi informasi terkait adanya biaya demurrage (denda) akibat tertahannya beras impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, kami sampaikan bahwa KPK bersama empat kementerian/lembaga lainnya (Bappenas, Kemendagri, Kantor Staf Presiden, Menpan RB) yang tergabung dalam Stranas PK, terus mendorong reformasi tata kelola pelabuhan sebagai salah satu upaya pencegahan korupsi,” kata dia dalam keterangannya, Rabu (19/6/2024).

Baca Juga: Jokowi Wanti-wanti Krisis Pangan, Ekonom Singgung Skandal Impor Beras

3. Pemerintah klaim produksi beras mulai membaik

Gawat, Produksi Beras Nasional Turun saat Impor Tersandung KasusIlustrasi petani (IDN Times/Riyanto).

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Muhammad Tito Karnavian, mendorong pemerintah daerah (pemda) meningkatkan produksi beras untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Hal itu dia sampaikan dalam Rakor Pengendalian Inflasi Daerah di Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jakarta Pusat, Senin (15/7/2024).

"Kita spesifik pada hari ini, kita atensi adalah masalah beras, beras yang beberapa waktu yang lalu tinggi tidak terkendali, relatif di awal tahun sudah mulai terkendali, seiring dengan produksi beras yang mulai membaik. Panen, puncak panen pada Mei, dan kemudian Juni masih ada panen,” kata Tito.

Baca Juga: Bulog Diminta Kaji Ulang Impor Beras, Khawatir Ditunggangi Mafia

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya