Prabowo Dianggap Perlu Evaluasi Keberadaan Bapanas Bentukan Jokowi

Dinilai belum berhasil mengatasi permasalahan pangan

Jakarta, IDN Times - Badan Pangan Nasional (Bapanas) dinilai belum berhasil mengatasi berbagai tantangan dalam pengelolaan beras nasional, seiring munculnya sejumlah permasalahan yang masih terjadi.

Bapanas dibentuk pada 2021, didasarkan pada Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 66 Tahun 2021. Kemudian, Arief Prasetyo Adi dilantik menjadi Kepala Bapanas pada 21 Februari 2022.

“Perlu ditinjau kembali kehadiran (eksistensi) Bapanas oleh pemerintahan Presiden terpilih Prabowo Subianto,” kata dia dalam keterangannya, Senin (30/9/2024).

Ditambah, Bank Dunia baru-baru ini mengungkapkan harga beras di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN, sementara tingkat kesejahteraan petani masih rendah.

1. Indonesia masih dibanjiri oleh impor beras

Prabowo Dianggap Perlu Evaluasi Keberadaan Bapanas Bentukan JokowiImpor beras yang dilaksanakan oleh Perum Bulog. (dok. Bulog)

Defiyan menyebut sejak Bapanas didirikan pada 2021, belum terlihat peningkatan signifikan dalam hal ketahanan pangan nasional.

Menurutnya, hal tersebut tercermin dari data impor beras pada periode Januari-April 2024 yang mencapai 1,77 juta ton.

“Artinya, tidak ada program crash program yang dapat memungkinkan adanya penurunan impor beras atau bahan pangan sampai bulan Desember 2024,” ujarnya.

Baca Juga: Bapanas Sebut Pangan Lokal Bisa Tekan Bujet Makan Bergizi Gratis

2. Bapanas dinilai belum mampu mengatasi masalah

Prabowo Dianggap Perlu Evaluasi Keberadaan Bapanas Bentukan JokowiPresiden Joko “Jokowi” Widodo mengecek stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur (Jaktim), Kamis (15/2/2024). (dok. Bapanas)

Defiyan mengungkapkan, berdasarkan data dari BPS, impor komoditas pangan hingga Mei 2024 mengalami peningkatan, dengan kenaikan sebesar 35,31 persen untuk gandum, 14,43 persen untuk tepung gandum, dan 0,66 persen untuk gula.

Menurut pandangannya, Bapanas belum mampu mengatasi permasalahan di sektor perberasan dan justru membuka jalur baru untuk impor pangan, yang berpotensi menciptakan struktur pasar yang kurang ideal.

Dia juga menambahkan, tantangan yang dihadapi Bapanas tidak hanya terkait dengan pengelolaan impor, tetapi juga semakin memperumit upaya penyelesaian masalah pangan dan pertanian bagi masyarakat.

"Artinya, permasalahan Bapanas tidak hanya soal adanya jalur baru dalam pengelolaan impor pangan, tetapi juga semakin menjauhkan dari penyelesaian masalah (problem solver) pangan serta pertanian dan hasil pertanian rakyat," tuturnya.

3. Bank Dunia sebut beras di RI termahal di ASEAN

Prabowo Dianggap Perlu Evaluasi Keberadaan Bapanas Bentukan JokowiCountry Director for Indonesia and Timor-Leste World Bank, Carolyn Turk dalam pembukaan Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024, Kamis (19/9/2024). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Bank Dunia membeberkan harga beras di Indonesia paling tinggi di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Country Director for Indonesia and Timor-Leste World Bank, Carolyn Turk mengatakan kondisi itu tak menggambarkan kesejahteraan petani di Indonesia.

“Konsumen di Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi dibandingkan negara-negara di ASEAN,” kata dia dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, Kamis (10/9/2024).

Tingginya harga beras tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil Survei Terpadu Pertanian tahun 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan petani kecil di Indonesia kurang dari 1 dolar Amerika Serikat (AS) per hari atau sekitar Rp15.199.

Selain itu, data BPS juga menunjukkan pendapatan tahunan para petani kecil hanya mencapai 341 dolar AS, atau setara dengan sekitar Rp5,2 juta per tahun.

Baca Juga: Langkah Politik Angkie Yudistia, dari Stafsus Jokowi hingga Jubir RIDO

Topik:

  • Dwi Agustiar

Berita Terkini Lainnya