Mundurnya Raksasa Eropa dari Proyek Hilirisasi Nikel RI

Sudah dirayu Luhut, dilobi Bahlil hingga disambangi Jokowi

Intinya Sih...

  • Investasi BASF di Indonesia untuk mendukung hilirisasi industri kendaraan listrik kandas setelah 4 tahun negosiasi.
  • Pemerintah Indonesia melakukan lobi intensif untuk menarik investasi BASF, termasuk kunjungan Bahlil ke Jerman dan pertemuan dengan Jokowi.
  • BASF memutuskan untuk tidak melanjutkan evaluasi investasi dalam kompleks pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay, Indonesia.

Jakarta, IDN Times - Hampir empat tahun setelah memulai proses negosiasi yang panjang, investasi perusahaan kimia global BASF di Indonesia akhirnya harus kandas. Investasi yang semula direncanakan akan mendukung hilirisasi industri kendaraan listrik itu urung.

Keputusan itu diumumkan secara resmi oleh BASF pada 24 Juni 2024, menyusul berbagai dinamika yang terjadi sejak inisiatif tersebut pertama kali diumumkan. Keputusan BASF, perusahaan kimia multinasional asal Jerman, untuk membatalkan rencana investasinya di Indonesia menandai akhir dari serangkaian pertemuan dan negosiasi yang berlangsung selama beberapa tahun terakhir.

Berikut perjalanan lengkap dari upaya investasi tersebut.

Baca Juga: BASF dan Eramet Batalkan Investasi Hilirisasi Nikel Rp42 T di RI

1. Pertemuan awal dengan Menko Luhut

Mundurnya Raksasa Eropa dari Proyek Hilirisasi Nikel RIMenko Luhut saat mengunjungi kantor pusat BASF pada hari Rabu, 27 November 2019. (dok. Kemenko Marves)

Pertemuan pertama antara pemerintah Indonesia dan BASF terjadi pada 27 November 2019, ketika Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bertemu dengan perwakilan BASF. Dalam pertemuan tersebut, seperti dikutip dari laman resmi Kemenko Marves, Luhut memaparkan berbagai potensi sumber daya alam Indonesia yang dapat memberikan nilai tambah bagi investor asing.

“Indonesia adalah salah satu negara yang mempunyai bijih nikel kadar rendah atau limonite (dengan kandungan nikel 0,8-1,5 persen), yaitu bahan baku untuk memproduksi baterai lithium ion. Sekitar 70-80 persen komponen utama kendaraan listrik yaitu baterai lithium ada di Indonesia,” kata Luhut kala itu.

Luhut menekankan pentingnya investasi dalam pengembangan industri yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia, sesuatu yang selaras dengan komitmen BASF terhadap inovasi dan keberlanjutan. Untuk itu, Luhut mengundang BASF untuk berinvestasi di Indonesia.

Dia mengungkapkan, pemerintah kini sedang bertransformasi dari ekspor yang berbasis komoditas menjadi ekspor barang dengan nilai tambah.

“Jadi jika Anda ingin berbisnis dengan harga yang kompetitif, logistik yang murah, sambil membantu kami menekan angka kemiskinan, serta ramah lingkungan datanglah ke Indonesia,” ujarnya.

2. BASF mengumumkan rencana investasi di Indonesia

Mundurnya Raksasa Eropa dari Proyek Hilirisasi Nikel RIilustrasi investasi (Pixabay.com)

Pada 15 Desember 2020, diumumkan bahwa BASF dan Eramet telah menandatangani kesepakatan untuk studi pengembangan kompleks pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt. Proyek itu mencakup pabrik High-Pressure Acid Leaching (HPAL) di Teluk Weda, Indonesia, dan Base Metal Refinery (BMR) yang lokasinya akan ditentukan kemudian.

HPAL akan memproses bijih dari Teluk Weda untuk menghasilkan produk antara nikel dan kobalt, sementara BMR akan memproduksi bahan baterai untuk kendaraan listrik.

Eramet, yang mengakuisisi Teluk Weda pada 2007 dan memulai operasi penambangan pada 2019, telah mengkonfirmasi potensi deposit kelas dunia di lokasi tersebut. Proyek itu akan menyediakan 42 ribu metrik ton nikel dan 5 ribu metrik ton kobalt setiap tahun, mendukung pertumbuhan rantai nilai kendaraan listrik global.

Proyek itu direncanakan beroperasi pada pertengahan 2020-2030 dan akan memulai studi kelayakan dengan pendanaan terbatas. Presiden divisi Katalis di BASF, Peter Schuhmacher menyatakan, kemitraan tersebut akan memasok bahan baku untuk produksi bahan baterai mereka.

Sementara itu, Chairman dan CEO Eramet, Christel Bories menyebut, kemitraan dengan BASF sebagai peluang unik yang sejalan dengan strategi mereka menyediakan pasokan berkelanjutan untuk industri baterai.

3. Lobi Bahlil Lahadalia di Jerman

Mundurnya Raksasa Eropa dari Proyek Hilirisasi Nikel RIMenteri Investasi Bahlil melakukan pertemuan dengan Beurer, BASF, SEW Eurodrive, Fairventures Social Forestry, B Braun dan Volkswagen. (dok. Kemlu)

Lobi intensif untuk menarik investasi BASF terus berlanjut dengan kunjungan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia ke Jerman pada 7-8 Oktober 2021. Dalam kunjungan itu, dikutip dari keterangan resmi Kementerian Luar Negeri, Bahlil bertemu dengan sejumlah perusahaan, termasuk BASF.

Dalam pertemuan dengan BASF, Bahlil menyambut baik rencana perusahaan tersebut untuk mendirikan industri pemurnian nikel di Indonesia, yang akan menjadi bagian penting dalam pembuatan baterai untuk mobil listrik.

“Kami membuka diri terhadap rencana investasi perusahaan-perusahaan ini, dengan kemudahan proses perizinan investasi melalui online single submission (OSS), insentif dan kemudahan-kemudahan lain, kita berharap investasi mereka segera terealisasi,” kata Bahlil menanggapi secara umum hasil kunjungan kerjanya di Jerman.

Bahlil mendorong BASF untuk meningkatkan investasinya, tidak hanya dalam pemurnian nikel, tetapi juga hingga produksi bahan baku baterai kendaraan listrik. Pemerintah menawarkan berbagai insentif, seperti pengurangan tarif pajak ekspor, untuk meningkatkan daya saing produk BASF.

Selain itu, dia juga menyarankan agar BASF berinvestasi dari hulu hingga hilir dalam produksi baterai untuk mobil listrik, memanfaatkan potensi besar pasar Indonesia dan ASEAN.

4. Pertemuan dengan Presiden Jokowi

Mundurnya Raksasa Eropa dari Proyek Hilirisasi Nikel RIPresiden Joko Widodo bertemu pemimpin perusahaan Eropa di Hannover, Jerman pada Minggu, 16 April 2023. (BPMI Setpres)

Upaya pemerintah Indonesia untuk menarik investasi BASF mencapai puncaknya pada 16 April 2022, ketika Presiden Joko “Jokowi” Widodo bertemu dengan perwakilan BASF dan dua perusahaan Eropa lainnya. Dalam pertemuan tersebut, pemimpin BASF menyampaikan rencana investasi senilai 2,6 miliar dolar AS untuk membangun ekosistem baterai mobil di Maluku Utara.

“BASF menyampaikan secara langsung minat investasinya kepada Bapak Presiden Jokowi untuk melakukan investasi di Maluku Utara dalam rangka pembangunan ekosistem baterai mobil yang kurang lebih investasinya sekitar USD 2,6 miliar,” kata Bahlil dalam keterangannya usai pertemuan.

Bahlil menjelaskan, BASF akan bekerja sama dengan perusahaan Prancis, Eramet, untuk mewujudkan ekosistem ini, dengan menerapkan praktik ESG dan menggunakan energi hijau.

“Proses pembangunannya akan mulai dilakukan di akhir tahun 2023 ini,” sebutnya

Bahlil menilai hal itu sebagai momen yang tepat untuk menunjukkan bahwa Indonesia terbuka terhadap investasi global, dan memperhatikan standar internasional dalam pengelolaan tambang.

Baca Juga: Bahlil Sebut BASF dan Eramet hanya Tunda Investasi di RI, Bukan Batal

5. Pembatalan rencana investasi di Indonesia

Mundurnya Raksasa Eropa dari Proyek Hilirisasi Nikel RIInfografis mundurnya BASF dari RI. (IDN Times/Mardya Shakti)

Namun, pada 24 Juni 2024, BASF mengumumkan pembatalan rencana investasinya di Indonesia. Dalam siaran pers resminya, BASF menyatakan keputusan itu diambil setelah mempertimbangkan berbagai faktor.

BASF telah memutuskan untuk tidak melanjutkan evaluasi investasi dalam kompleks pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay, Indonesia. Keputusan itu diambil setelah mempertimbangkan perubahan signifikan di pasar nikel global dan ketersediaan nikel berkualitas baterai yang lebih baik.

Setelah evaluasi menyeluruh, kami memutuskan untuk tidak melaksanakan proyek pemurnian nikel-kobalt di Teluk Weda,” kata Anggota Dewan Direksi Eksekutif BASF SE, Anup Kothari.

Mereka akan menghentikan semua aktivitas evaluasi dan negosiasi terkait proyek ini, namun tetap berkomitmen untuk memastikan pasokan bahan baku yang bertanggung jawab dan berkelanjutan bagi bisnis material baterai mereka.

Presiden divisi Katalis BASF, Daniel Schönfelder, menegaskan pentingnya pasokan yang aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan dari bahan baku kritis untuk produksi material aktif katoda pendahulu.

“Pasokan yang aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan dari bahan baku kritis untuk produksi material aktif katoda pendahulu, yang juga dapat berasal dari Indonesia, tetap krusial untuk pengembangan masa depan bisnis material baterai kami,” kata dia.

6. Pemerintah tetap optimistis dengan hilirisasi

Mundurnya Raksasa Eropa dari Proyek Hilirisasi Nikel RIIDN Times/Istimewa

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal buka suara mengenai pembatalan rencana investasi pemurnian nikel oleh BASF dan Eramet di Proyek Sonic Bay, Maluku Utara.

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal BKPM, Nurul Ichwan menyatakan, keputusan BASF dan Eramet untuk membatalkan investasi merupakan keputusan bisnis yang diambil setelah berbagai evaluasi.

”Kami dari awal terus mengawal rencana investasi ini. Namun pada perjalanannya, perusahaan beralih fokus, sehingga pada akhirnya mengeluarkan keputusan bisnis membatalkan rencana investasi proyek Sonic Bay ini,” kata Nurul dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (27/6/2024).

Pemerintah pemerintah melihat potensi yang besar dalam mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. Nurul juga menyoroti prestasi Indonesia yang baru-baru ini menduduki peringkat 27 dalam World Competitiveness Ranking (WCR) 2024, menjadi salah satu dari tiga terbaik di ASEAN.

“Kami melihat hilirisasi untuk ekosistem baterai kendaraan listrik masih sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia,” tuturnya.

Pemerintah menegaskan minat investor asing dalam sektor hilirisasi tetap kuat, dengan beberapa proyek investasi sudah mencapai tahap pelaksanaan. Sebagai contoh, smelter tembaga terbesar di dunia yang dimiliki oleh PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, akan resmi beroperasi mulai 27 Juni 2024.

Baca Juga: Siap-Siap! BASF Bangun Pabrik Baterai Mobil Listrik di RI Tahun Ini

Topik:

  • Sunariyah
  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya