Lakukan Transisi Energi, PLN Gandeng Badan Energi Internasional

Buat capai nol emisi karbon di 2060

Jakarta, IDN Times - PT PLN (Persero) bekerja sama dengan International Energy Agency (IEA) untuk mematangkan Just Energy Transition Partnership Investment and Policy Plan (JETP IPP) dalam mengakselerasi transisi energi Indonesia. Kedua belah pihak telah menandatangani nota kesepahaman.

Sebagai informasi, IEA adalah lembaga independen profesional yang menjadi rujukan dunia terkait analisis, data, rekomendasi kebijakan, solusi pembangunan ketahanan energi, ekonomi berkelanjutan dan pembangunan lingkungan.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, PLN dan IEA sudah lama menjalin kerja sama. Penguatan kerja sama kali ini khusus untuk mencapai target pengurangan emisi karbon dunia.

"Kami memiliki visi yang sama untuk menyongsong masa depan. Masa depan energi berkelanjutan, yang membawa kemakmuran dan kemuliaan bagi bangsa dan dunia," kata Darmawan dalam keterangan tertulis, Rabu (19/4/2023).

Baca Juga: Ini 5 Kandidat Logo IKN Nusantara, Tentukan Pilihanmu Sekarang!

1. Transisi energi menghadapi tantangan pertumbuhan permintaan listrik

Lakukan Transisi Energi, PLN Gandeng Badan Energi InternasionalIlustrasi listrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Dijelaskan Darmawan, banyak tantangan yang dihadapi dalam menjalankan proyek transisi energi. Salah satunya adalah proyeksi pertumbuhan permintaan listrik, serta kondisi permintaan di Indonesia yang dinamis. Tantangan tersendiri perlu diselesaikan dengan kolaborasi.

"PLN dan IEA akan menjadi pionir, menunjukkan kepada dunia bahwa roadmap transisi energi dapat dibangun melalui kolaborasi. Dapat dibangun secara komprehensif dari hulu ke hilir," ujarnya.

2. Siapkan strategi capai nol emisi karbon di 2060

Lakukan Transisi Energi, PLN Gandeng Badan Energi Internasionalilustrasi karbon (Pixabay/niekverlaan)

Pada tahun 2030, PLN dihadapkan pada tantangan emisi karbon pada sektor ketenagalistrikan yang akan mencapai 433 juta ton pada skenario business as usual.

Upaya pada RUPTL 2021-2030 akan menurunkan emisi menjadi 335 juta metrik ton CO2. Itu menjadi landasan untuk bisa mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060.

Dalam rangka mencapai NZE tersebut, diperlukan langkah-langkah akselerasi, antara lain dengan menggaet pendanaan yang murah untuk mendanai investasi yang besar.

"Kami memiliki tujuan bersama, yaitu mencapai net zero emissions. Yang kami butuhkan adalah mengkonsolidasikan tiap langkah," ujar Darmawan.

IEA juga menilai Indonesia sebagai negara kepulauan perlu meningkatkan interkoneksi sistem kelistrikan. Hal tersebut penting untuk menjamin akses listrik yang merata bagi seluruh masyarakat. Dengan sistem interkoneksi yang andal akan berpengaruh pada harga listrik yang terjangkau bagi masyarakat.

Baca Juga: Kejagung dan PUPR Tinjau Lokasi pembangunan IKN Nusantara

3. IEA mendukung penuh transisi energi Indonesia

Lakukan Transisi Energi, PLN Gandeng Badan Energi InternasionalDesa Energi Berdikari Cilacap merupakan bagian dari Program Pengembangan EBT (Energi Baru Terbarukan) dalam kerangka ESG (Environmental, Social & Governance). (Dok. Pertamina)

Executive Director of IEA Fatih Birol mengatakan, pihaknya mendukung penuh langkah Indonesia dalam melakukan transisi energi.

"Kami mendukung penuh Indonesia dalam proyek transisi energi. Dukungan IEA kepada Indonesia bisa menjadi pendorong untuk berbagai pihak melakukan kolaborasi bersama dalam proyek transisi energi," ujar Fatih Birol.

Kedua pihak akan bekerja sama dalam pemantapan roadmap NZE yang sudah dibuat oleh Indonesia. Kedua pihak juga akan mempertajam skema JETP dalam menggaet kolaborasi investasi untuk membiayai proyek transisi energi di Indonesia.

Kedua pihak menaruh perhatian khusus pada proyek pengembangan pembangkit EBT, pembangunan green energy enabling transmission line, dan juga peningkatan kapasitas SDM Indonesia untuk bersiap menyongsong era baru dalam perkembangan energi ke depan.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya