Kelas Menengah di Era Prabowo Ditargetkan Naik Jadi 38 Persen
Intinya Sih...
- Kelas menengah di Indonesia turun menjadi 17,13% pada 2024 akibat pandemi COVID-19.
- RPJPN 2025-2045 menargetkan kelas menengah mencapai 80% pada 2045 dengan peningkatan ekonomi dan integrasi pasar global.
- Pada 2025-2029, kelas menengah diproyeksikan mencakup 38 persen populasi dengan fokus hilirisasi SDA dan riset inovasi.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Meski saat ini jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan, pemerintahan Presiden Joko "Jokowi" Widodo optimistis pada 2045, kelas menengah akan mencapai 80 persen dari total populasi.
Penurunan yang terjadi selama lima tahun terakhir, terutama pascapandemik COVID-19, telah menyusutkan populasi kelas menengah menjadi hanya 17,13 persen pada 2024.
Namun, dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, pemerintah menargetkan kebangkitan ekonomi yang akan mendorong ekspansi signifikan kelas menengah. Hal itu tertuang dalam Undang-Undang (UU) Nomor 59 Tahun 2024 tentang RPJPN 2025-2045 yang baru saja diteken pada 13 September 2024.
"Sejalan dengan peningkatan ekonomi yang tinggi, kesempatan kerja dan pendapatan kelas menengah meningkat," bunyi UU 59/2024, dikutip Rabu (18/9/2024).
1. Target pertumbuhan kelas menengah hingga 2045
Pada 2025-2029, di bawah pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto, kelas menengah diproyeksikan mencakup 38 persen populasi dengan fokus pada hilirisasi SDA, riset inovasi, dan peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Tahap akselerasi (2030-2034) menargetkan 50 persen populasi, didorong produktivitas dan perluasan ekonomi. Fase ekspansi global (2035-2039) ditargetkan mencapai 61 persen, seiring integrasi pasar global.
Pada 2040-2045, kelas menengah diharapkan mencapai 80 persen, dengan Indonesia menjadi negara berpendapatan tinggi dan kontribusi industri pengolahan 28 persen terhadap PDB.
Baca Juga: PDIP: Megawati Bertemu Prabowo sebelum 20 Oktober 2024
Editor’s picks
2. Komposisi kelas menengah akan alami pergeseran
Berdasarkan UU 59/2024, jumlah kelas menengah global pada 2045 diproyeksikan mencapai 8,8 miliar, mencakup lebih dari 90 persen populasi dunia. Setiap tahun, sekitar 140 juta orang masuk ke kategori ini, lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Komposisi kelas menengah akan mengalami pergeseran dari sebelumnya yang didominasi oleh Kawasan Eropa dan Amerika Serikat, bergeser ke Kawasan Asia," jelas UU tersebut.
Akan tetapi, meskipun pertumbuhan tersebut membuka peluang ekonomi besar, tantangan pada aspek sosial dan politik juga diperkirakan akan meningkat.
Baca Juga: Kawal Target Pertumbuhan Ekonomi Prabowo, Konsumsi Listrik Digenjot
3. Jokowi sebut penurunan kelas menengah terjadi di banyak negara
Seperti diketahui, jumlah kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2019, populasi kelas menengah mencapai 57,33 juta orang, namun pada 2024 jumlahnya menyusut menjadi 47,85 juta orang.
Jokowi buka suara terkait jumlah masyarakat kelas menengah Indonesia menurun pada 2024. Menurutnya, hal itu juga terjadi hampir di semua negara. Dia mengatakan, pandemik COVID-19 menjadi salah satu pengaruh ekonomi dunia melemah.
"Ada COVID, 2-3 tahun lalu mempengaruhi. Semua negara saat ini berada pada kesulitan yang sama," ujar Jokowi di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Jumat (30/8/2024).