Investor Wait and See, Rupiah Masih Tentukan Arah Pagi Ini

Masih dihantui pilpres AS

Intinya Sih...

  • Kurs rupiah stagnan di Rp16.203 pada pembukaan perdagangan, kemudian melemah ke level Rp16.209
  • Pada pukul 09.15 WIB, rupiah menguat ke posisi Rp16.193 per dolar AS, mengalami apresiasi sebesar 10 poin atau 0,06 persen

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tercatat stagnan atau tak mengalami pergerakan pada pembukaan perdagangan Selasa (22/7/2024) pagi ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari RTI Business, kurs rupiah terhadap dolar AS stagnan di Rp16.203 pada pembukaan perdagangan. Tak lama kemudian, rupiah melemah ke level Rp16.209, atau terdepresiasi sebesar 6 poin (0,04) persen.

Namun, pada pukul 09.15 WIB, mata uang rupiah berhasil membalikkan keadaan dengan menguat ke posisi Rp16.193 per dolar AS, mengalami apresiasi sebesar 10 poin atau 0,06 persen.

Dibandingkan dengan periode sepekan sebelumnya, kurs rupiah terhadap dolar AS telah menunjukkan pelemahan sebesar 0,18 persen. Namun, dalam periode sebulan, rupiah menguat sebesar 0,98 persen.

Dalam jangka waktu enam bulan terakhir, kurs rupiah mengalami pelemahan sebesar 5,29 persen, sementara dalam setahun terakhir, pelemahannya mencapai 8,11 persen.

Baca Juga: Joe Biden Bikin Rupiah Lesu Lawan Dolar AS, Melemah ke Rp16.220

1. Rupiah masih dihantui dinamika pilpres AS usai Biden mundur

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra menyatakan pelaku pasar saat ini menantikan petunjuk lebih lanjut terkait kondisi inflasi di Amerika Serikat dari data Core PCE Price Index yang akan dirilis akhir pekan ini.

Jika data tersebut menunjukkan penurunan inflasi, keyakinan pasar terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan AS akan semakin kuat.

Selain itu, ada dua peristiwa yang turut mendorong penguatan dolar AS. Pertama, pengunduran diri Joe Biden sebagai calon presiden AS, dan kedua, konflik antara kelompok Houthi di Yaman dan Israel.

Pengunduran diri Biden, yang kemungkinan akan digantikan oleh calon yang kurang populer dari Partai Demokrat, memperbesar peluang kemenangan Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan presiden AS.

“Di masa kepresidenan Trump, kebijakannya yang pro dalam negeri AS dan membuat perseteruan dagang dengan negara lain, mendorong penguatan dollar AS,” kata Ariston.

Baca Juga: Bos BI Yakin Rupiah Berpeluang Terus Menguat, Ini Alasannya

2. Serangan balasan Israel ke Yaman perkeruh keadaan

Ariston mengungkapkan, serangan balasan Israel ke Yaman berpotensi memicu perang baru dan memperbesar konflik di Timur Tengah. Konflik yang semakin memanas itu dapat mengganggu perekonomian global.

Kondisi tersebut kemungkinan akan mendorong pelaku pasar untuk mengalihkan investasinya ke aset-aset aman seperti dolar AS dan emas.

“Ini tentu saja bisa memicu pelaku pasar masuk ke aset aman,” ujarnya.

3. Proyeksi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini

Pengamat pasar keuangan, Lukman Leong memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi terhadap dolar AS. Menurutnya, investor cenderung mengambil sikap wait and see sambil menantikan rilis data-data ekonomi penting dari Amerika Serikat minggu ini.

Selain itu, investor masih mencoba menilai dampak dari perkembangan politik di AS pascapengunduran diri Joe Biden. Untuk itu, dia memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.175 hingga Rp16.275 per dolar AS.

Sementara Ariston menyatakan ada peluang rupiah akan melemah hingga mencapai kisaran Rp16.260 per dolar AS pada hari ini. Namun, dia juga menyebutkan adanya potensi support di kisaran Rp16.180, yang bisa menjadi titik pertahanan bagi nilai tukar rupiah.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya