Indonesia Bisa Keluar dari Middle Income Trap Lewat Ekonomi Hijau

Bisa dorong pertumbuhan ekonomi 8 persen

Intinya Sih...

  • Indonesia harus mencapai pertumbuhan ekonomi 6 hingga 8 persen untuk keluar dari jebakan pendapatan menengah.
  • Pendorong utama pertumbuhan ekonomi berasal dari industri berbasis sumber daya, sektor manufaktur, dan sektor padat karya.
  • Indonesia memiliki aset untuk memperkuat posisinya di ekonomi global dengan fokus pada kemakmuran yang hijau, tangguh, dan inklusif.

Jakarta, IDN Times - Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Pendanaan Iklim, Mari Elka Pangestu, mengatakan, Indonesia harus berupaya keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap). Untuk itu pertumbuhan ekonomi Indonesia harus mencapai 6 hingga 8 persen.

Dia menjelaskan, pendorong utama pertumbuhan ekonomi di masa lalu berasal dari industri berbasis sumber daya, sektor manufaktur, dan sektor padat karya. Selain itu, sektor jasa juga berkontribusi, tetapi lebih banyak didominasi oleh sektor informal.

"Indonesia sudah memulai jalan ini berkat kepemimpinan serta dukungan dari Bapak Luhut dan banyak lainnya di pemerintahan untuk tetap kompetitif di panggung global, seperti hilirisasi sumber daya alam sebagai bagian dari program untuk meningkatkan nilai tambah. Ini telah menarik investasi yang kita butuhkan," kata dia dalam Indonesia International Sustainability Forum (IISF) 2024, Jumat (6/9/2024).

Baca Juga: Jurus Pemerintah Siapkan SDM Sambut Peluang Ekonomi Hijau

1. Indonesia memiliki banyak aset yang bisa dimanfaatkan

Indonesia Bisa Keluar dari Middle Income Trap Lewat Ekonomi HijauIlustrasi pertumbuhan ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia menekankan, Indonesia harus terus mengembangkan model ekonomi dengan fokus pada mesin pertumbuhan baru. Menurutnya, Indonesia memiliki posisi unik dengan potensi energi terbarukan sebesar 3.600 gigawatt, kekayaan alam, dan mineral kritis yang melimpah.

Menurutnya, Indonesia berpeluang menjadi kekuatan regional dalam ekonomi hijau dan biru dengan sektor-sektor seperti hilirisasi mineral bersih, pertanian berkelanjutan, dan inovasi berbasis alam.

Mari Elka menambahkan, Indonesia memiliki aset untuk memperkuat posisinya di ekonomi global, menciptakan pekerjaan berkualitas, mengurangi kemiskinan, dan mencapai pertumbuhan inklusif sebesar 6 hingga 8 persen.

"Kita memiliki aset, kita memiliki kekayaan untuk mengamankan posisi kita dalam ekonomi global masa depan," tuturnya.

Baca Juga: Ekonomi RI Pulih, SPSL Catat Kinerja Positif pada Semester I-2024

2. Indonesia diyakini mampu capai pertumbuhan ekonomi 8 persen

Indonesia Bisa Keluar dari Middle Income Trap Lewat Ekonomi Hijauilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia optimistiis Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 6 hingga 8 persen dengan fokus pada kemakmuran yang hijau, tangguh, dan inklusif. Menurutnya, dorongan itu muncul karena masyarakat semakin mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan serius terkait isu perubahan iklim.

"Dalam survei UNDP baru-baru ini, 86 persen warga Indonesia yang disurvei mengatakan, mereka ingin pemerintah mengambil tindakan serius terhadap iklim dan untuk pertama kalinya, semua dari Anda menyaksikan debat presiden. Ketiga kandidat berbicara tentang iklim," ujarnya.

Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat bagi Indonesia untuk mengambil tindakan nyata dalam mewujudkan hal tersebut. Dia menekankan pentingnya mengetahui langkah-langkah yang perlu diambil serta memastikan adanya bukti dan kebijakan yang tepat guna mencapai tujuan tersebut.

Baca Juga: IAF 2024 Libatkan UMKM Indonesia Kolaborasi dengan Afrika

3 Dibutuhkan investasi untuk memanfaatkan peluang ekonomi hijau

Indonesia Bisa Keluar dari Middle Income Trap Lewat Ekonomi HijauIlustrasi karyawan perusahaan (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia mengatakan, Indonesia tidak hanya berbicara, tetapi fokus pada sub-sektor kritis yang dapat mendorong pertumbuhan dan keberlanjutan, termasuk sektor energi, industri, mineral kritis, alam, lautan, dan ekonomi sirkular.

Dia menekankan pentingnya menarik investasi dan menciptakan lapangan kerja di sektor-sektor tersebut. Menurutnya, diperlukan aliran modal yang cepat dan dalam skala besar untuk memanfaatkan peluang tersebut.

"Ini tentang mengatasi tantangan makro dan geopolitik serta persepsi tinggi terhadap risiko negara dan kurangnya jalur proyek," paparnya.

Untuk itu, diperlukan solusi pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia dan siap diimplementasikan, dengan fokus pada tema-tema utama yang mendukung agenda pertumbuhan hijau dan biru, melalui kerja sama dengan para pemain kunci di berbagai sektor.

Baca Juga: Pertamina Paparkan Transisi Energi untuk Pertumbuhan Ekonomi di IISF

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya