Capres-Cawapres Dinilai Belum Seriusi Krisis Iklim dan Transisi Energi

Capres-cawapres perlu menajamkan gagasan dan ide

Jakarta, IDN Times - Yayasan Indonesia Cerah dan Markdata dari hasil laporannya menemukan bahwa belum ada kandidat capres dan cawapres yang serius mengulas secara mendalam konsep dan gagasan di isu krisis iklim dan transisi energi.

Temuan tersebut berdasarkan hasil analisis big data “Rekam Jejak Capres-Cawapres 2024 dalam Isu Krisis Iklim dan Transisi Energi” yang diluncurkan Yayasan Indonesia Cerah dan Markdata.

Mereka berpendapat, meskipun semua pasangan capres-cawapres secara umum telah membicarakan dan memasukkan isu iklim dan transisi energi dalam visi dan misinya, namun kualitas narasinya bersifat umum dan belum responsif terhadap perkembangan kebijakan terkini.

Baca Juga: Transisi Energi Solusi Penuhi Target Zero Emisi

1. Ada tiga kategori kata kunci yang dianalisis

Capres-Cawapres Dinilai Belum Seriusi Krisis Iklim dan Transisi EnergiPT PLN (Persero) siap menegaskan perannya dalam memimpin akselerasi transisi energi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan melalui berbagai sesi diskusi, pertemuan, hingga menandatangani kerja sama bilateral yang akan dilakukan dalam gelaran United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) Conference of the Parties (COP) ke-28 yang akan berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab, pada 30 November hingga 12 Desember 2023. (Dok. PLN)

Laporan tersebut menggunakan teknik analisis konten dengan mengelompokkan kata kunci ke dalam tiga kategori, yaitu basic, moderate, dan advance melalui proses klasifikasi pembobotan keyword.

Teknik tersebut dilakukan untuk menilai seberapa sering dan dalam konteks apa berbagai kata kunci muncul dalam data yang dikumpulkan, di mana dalam penelitian tersebut mengambil rentang waktu periode satu tahun, yaitu 25 Oktober 2022 hingga 25 Oktober 2023.

Karakteristik kata kunci basic adalah yang secara umum dikenal luas publik dan pengertiannya sudah disepakati bersama karena maknanya yang bersifat luas.

Sementara kata kunci moderate memiliki karakteristik yang lebih dikenal oleh kelompok tertentu karena berkaitan dengan aspek-aspek khusus dari isu krisis iklim dan transisi energi.

"Adapun karakteristik kata kunci advance bersifat lebih teknis. Istilah-istilah ini umumnya berkaitan dengan aspek yang spesifik dan mendalam terhadap topik-topik tertentu sering perkembangan isu krisis iklim dan transisi energi,” kata CEO Markdata, Faisal Arief Kamil dalam keterangannya, Rabu (20/12/2023).

2. Anies-Cak Imin paling sering bahas isu iklim dan transisi energi

Capres-Cawapres Dinilai Belum Seriusi Krisis Iklim dan Transisi Energiilustrasi Calon Presiden (IDN Times/Aditya Pratama)

Just Energy Transition Associate CERAH, Al Ayubi mengatakan pasangan nomor urut 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar tercatat paling sering membicarakan isu iklim dan transisi energi, baik dalam pemberitaan di media massa (585 temuan) maupun dokumen Visi dan Misi (64 temuan).

Hal itu berdasarkan hasil analisis dalam laporan lengkap yang dilakukan Yayasan Indonesia Cerah dan Markdata. Hanya saja, bobot narasi kedua isu tersebut sebagian besar masuk kategori basic, seperti kendaraan listrik, polusi udara, dan kualitas udara.

Pasangan nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming menjadi kandidat capres cawapres yang paling sedikit membicarakan isu iklim dan transisi energi, baik dilihat dalam pemberitaan media massa (75 temuan) maupun dokumen visi dan misi (20 temuan).

Pada pemberitaan, pasangan tersebut sering menyebutkan isu soal kendaraan listrik dan PLTS, sementara dalam visi dan misi ekonomi hijau dan perubahan iklim. Kata kunci yang paling banyak tersebut masuk ke dalam kategori basic-moderate.

Pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD dibandingkan dua paslon lainnya memiliki bobot narasi yang moderate dalam membicarakan isu iklim dan transisi energi.

Namun, dari segi jumlah tidak terlalu banyak dengan 99 temuan dalam pemberitaan dan 20 temuan dalam visi dan misi, di mana PLTS menjadi yang paling banyak disebut dalam pemberitaan sementara ekonomi hijau terbanyak muncul dalam visi dan misi.

Kedua kata kunci baik dalam pemberitaan dan dokumen visi-misi menjadikan pasangan Ganjar-Mahfud memiliki bobot moderate paling besar dibandingkan kedua pasangan lainnya.

Baca Juga: Apa itu Pajak Karbon yang Diandalkan Jadi Pengendali Krisis Iklim

3. Capres dan cawapres diharapkan menajamkan gagasan dan ide

Capres-Cawapres Dinilai Belum Seriusi Krisis Iklim dan Transisi Energiilustrasi Calon Presiden (IDN Times/Aditya Pratama)

Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia Cerah, Agung Budiono mengatakan temuan hasil analisis tersebut diharapkan dapat memberikan asupan gizi bagi semua kandidat pasangan capres-cawapres 2024.

Hal itu bertujuan agar mereka bisa lebih menajamkan gagasan dan ide soal isu iklim dan transisi energi baik dalam visi dan misinya, maupun saat debat capres-cawapres mendatang yang akan mengangkat isu tersebut.

“Kami melihat ada sejumlah gap yang ditutup dan didalami terkait gagasan mereka tentang iklim dan transisi energi. Misal bagaimana target pasangan kandidat untuk melepaskan Indonesia dari ketergantungan energi fosil dan menekan emisi, contohnya pada pandangan mereka terkait skema pensiun dini PLTU," ujarnya.

Selain itu, para pemilih muda sedang menantikan ide-ide dari calon presiden dan wakil presiden terkait peluang pekerjaan di sektor hijau atau pekerjaan yang ramah lingkungan. Saat ini, informasi dan akses terhadap pekerjaan tersebut di Indonesia masih terbatas.

"Sekarang ketersediaan informasi dan akses ke green jobs di Indonesia masih terbatas,” tambah Agung.

Baca Juga: Sekjen PBB: Bumi Mendidih, Perlu Tindakan Radikal Atasi Krisis Iklim

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya