Bisnis Sawit Setor Rp88,7 Triliun ke Kantong Negara

Ekspor tembus 23,9 miliar dolar AS

Jakarta, IDN Times - Hilirisasi industri sawit berhasil meningkatkan nilai tambah dalam perekonomian Indonesia. Berbagai produk turunan dari Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Palm Kernel Oil (CPKO) menunjukkan peningkatan nilai tambah yang signifikan.

Analis Kebijakan Madya PKPN Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Nursidik Istiawan mencontohkan minyak goreng memiliki nilai tambah sebesar 1,31 kali lipat dari CPO dasar, margarin sebesar 1,86 kali lipat, dan kosmetik bahkan mencapai 3,88 kali lipat.

Selain produk-produk tersebut, hilirisasi sawit juga menghasilkan produk lain seperti biodiesel dengan nilai tambah 1,33 kali; lemak cokelat 1,73 kali; fatty acid 1,88 kali; fatty alcohol 1,60 kali; dan surfaktan dengan nilai tambah 2,66 kali lipat.

"Jadi cukup tinggi peran dari kelapa sawit terhadap industri yang selanjutnya dan ini perlu kita teruskan," katanya dalam Press Tour Belitung 2024: Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian, dikutip Rabu (28/8/2024).

1. Sawit berkontribusi ekspor 23,9 miliar dolar AS

Bisnis Sawit Setor Rp88,7 Triliun ke Kantong Negarailustrasi kebun kelapa sawit. (IDN Times/Trio Hamdani)

Dari sisi ekspor, nilai ekspor sawit dan turunannya meningkat dari 16,8 miliar dolar AS pada 2015 menjadi 23,9 miliar dolar AS pada 2023. Sebanyak 58 persen dari produksi CPO Indonesia pada 2023 dialokasikan untuk ekspor, dengan 90 persen di antaranya merupakan produk turunan yang sudah diolah (refined).

Data menunjukkan sejak 2011, ekspor produk turunan sawit mengalami peningkatan yang signifikan. Pada 2023, hanya 10 persen dari ekspor sawit berupa CPO mentah, sementara 90 persen lainnya merupakan produk turunan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.

"Terlihat ada pergeseran dari tahun 2010 sampai 2023 dimana terjadi pergeseran dari ekspor ataupun produksi sawit yang kemudian bergeser menjadi produksi turunannya ke belakang," ujar dia.

Baca Juga: Jokowi Putuskan Badan Sawit Ikut Kelola Kelapa dan Kakao

2. Setorkan Rp88,7 triliun ke kantong negara

Bisnis Sawit Setor Rp88,7 Triliun ke Kantong Negarailustrasi tandan buah segar (TBS) atau buah sawit. (IDN Times/Trio Hamdani)

Pada 2023, perkebunan sawit di Indonesia mendapat dukungan signifikan dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Nilai produksi sektor sawit diperkirakan mencapai Rp729 triliun.

Kontribusi sektor tersebut kepada APBN melalui perpajakan, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan bea keluar (BK) yang mencapai total Rp88,7 triliun. Rinciannya, pajak menyumbang Rp50,2 triliun, PNBP dari pungutan ekspor sebesar Rp32,4 triliun, dan BK sebesar Rp6,1 triliun.

"Ini yang ada impact terhadap penerimaan negara yang terjadi diakibatkan oleh kebijakan," ucap Nursidik.

3. Sawit juga didorong untuk ketahanan energi

Bisnis Sawit Setor Rp88,7 Triliun ke Kantong Negarailustrasi tandan buah segar (TBS) atau buah sawit. (IDN Times/Trio Hamdani)

Dalam aspek ketahanan energi, pemerintah telah menerapkan kebijakan mandatori biodiesel sejak 2015, yang dimulai dari B15 dan meningkat menjadi B35 pada tahun 2023. Kebijakan itu bertujuan untuk menjaga permintaan CPO domestik dengan meningkatkan penyerapan di dalam negeri.

"Kita juga melihat bahwa ada hubungannya dengan program-program energi terbarukan yang dalam hal ini adalah program B35," ujarnya.

Saat ini, sekitar 64,1 persen produksi biodiesel digunakan untuk konsumsi domestik sebagai bagian dari program mandatori biodiesel, sementara sisanya diekspor.

Penyaluran biodiesel juga meningkat dari 0,92 juta kiloliter (KL) pada 2015 menjadi 2,24 juta KL pada 2023, menghasilkan penghematan devisa impor solar sebesar Rp121,5 triliun pada 2023. Selain itu, program biodiesel berhasil mengurangi emisi sebesar 32,7 juta ton CO2e pada 2023, dibandingkan dengan 2,4 juta ton CO2e pada 2015.

Baca Juga: Daftar Komoditas Ekspor yang Drop, Batu Bara hingga CPO

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya