Bagaimana Tren Konsumen F&B di Indonesia Saat Ini?

Makin sadar dengan produk sehat

Intinya Sih...

  • Konsumen Indonesia beralih ke makanan sehat dan alami, menghindari gula, lemak, dan garam.
  • Konsumen mencari pengalaman sensorik baru dengan rasa, tekstur, dan penampilan yang unik.
  • Cargill berkomitmen pada keberlanjutan dengan fokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan pengembangan produk indulgence di Asia Tenggara.

Jakarta, IDN Times - Industri makanan di Indonesia tumbuh pesat berkat peningkatan pendapatan, urbanisasi, dan kelas menengah yang berkembang. Namun, ada pergeseran tren di kalangan konsumen.

Konsumen kini lebih menyukai makanan praktis yang menawarkan pengalaman rasa, tekstur, dan format unik. Hal itu menciptakan peluang besar untuk makanan premium dan inovatif.

Go-to-Market & Commercial Excellence Leader, Food Solutions Southeast Asia, Stephanie Sajuti mengatakan,
menurut studi Cargill dalam TrendTracker 2024, ada beberapa tren utama di sektor F&B Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Bagaimana trennya?

Baca Juga: Pendanaan Masih Jadi Tantangan Industri F&B di Indonesia

1. Konsumen semakin melek terhadap kesehatan setelah pandemik COVID-19

Bagaimana Tren Konsumen F&B di Indonesia Saat Ini?ilustrasi SARS-CoV-2 virus penyebab COVID-19 (flickr.com/NIAID)

Setelah era COVID-19, konsumen lebih fokus pada kesehatan, memilih makanan yang kaya vitamin, bahan alami, serta menghindari gula, lemak, dan garam. Pada 2023, 25 persen konsumen Indonesia memilih produk alami untuk menghindari bahan tambahan, dibandingkan 30 persen di APAC.

Gula adalah bahan yang paling dibatasi, dan 50 persen konsumen APAC lebih suka cokelat hitam karena rasanya yang kurang manis dan dianggap lebih sehat. Konsumen menginginkan produk yang memanjakan namun tetap sehat, menjaga keseimbangan antara kenikmatan dan nutrisi.

"Itu cukup jadi top of mind nih sekarang buat customer-customer kita which is yang produsen-produsen makanan, itu healthy for me," kata dia dalam media briefing di Jakarta, dikutip Sabtu (7/9/2024).

2. Pengalaman sensorik dan dampak lingkungan juga jadi pertimbangan

Bagaimana Tren Konsumen F&B di Indonesia Saat Ini?Ilustrasi keberlanjutan (123rf.com/rawpixel)

Konsumen menginginkan pengalaman sensorik yang lebih tinggi melalui makanan, dengan rasa, tekstur, dan penampilan baru. Di Asia, selera akan inovasi dan tren makanan lebih kuat dibandingkan wilayah lain.

Sebanyak 33 persen konsumen APAC mencari rasa yang kaya untuk meningkatkan pengalaman makan, dan 50 persen konsumen Indonesia memilih makanan untuk memperbaiki suasana hati. Produk premium dan edisi terbatas semakin diminati, mencerminkan tren multi-sensorial untuk pengalaman yang unik dan mewah.

Konsumen semakin mempertimbangkan nilai ekonomi dan dampak lingkungan dari pilihan makanan mereka, mencari produk yang baik bagi diri sendiri dan lingkungan. Sebanyak 67 persen konsumen APAC aktif mencari produk dengan klaim sumber lokal, dengan kakao dan cokelat asal Asia semakin populer di wilayah tersebut.

"Selain itu juga ada beberapa segmen pasar yang memang sangat concern dengan sustainability, keberlanjutan. Jadi sustainable product, tahu ini tuh produknya datang dari mana sih? farm yang mana sih? jadi ada tuh, memang satu segmen pasar yang seperti itu," ujarnya.

Kemudian, pertumbuhan kelas menengah di Asia meningkatkan permintaan akan makanan bergizi dan praktis, seperti makanan siap saji yang cepat dan mudah diolah.

Baca Juga: Stok Gula Rafinasi Mau Habis, Industri Makanan dan Minuman Kelimpungan

3. Industri makanan-minuman berinvestasi untuk menyesuaikan selera konsumen

Bagaimana Tren Konsumen F&B di Indonesia Saat Ini?ilustrasi inovasi(unsplash.com/Scott Graham)

Sejalan dengan tren konsumen, Cargill berkomitmen pada keberlanjutan di tengah meningkatnya kebutuhan pangan global, yang diprediksi naik 70 persen dalam 25 tahun.

Mereka berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca melalui pasokan bertanggung jawab dan pertanian regeneratif, seperti program Cargill Cocoa Promise untuk membantu petani kakao menanam secara berkelanjutan.

Cargill juga menerapkan manufaktur berkelanjutan dengan pengelolaan air limbah, energi terbarukan, serta transportasi ramah lingkungan.

Cargill mempercepat pengembangan produk indulgence di Asia Tenggara, khususnya di sektor roti, es krim, dan cokelat, termasuk di Indonesia. Mereka berinvestasi dengan meningkatkan lini produksi di pabrik kakao Gresik untuk mengembangkan solusi kakao premium.

Selain itu, Cargill memperluas pabrik minyak nabati di Port Klang, Malaysia, untuk menghasilkan lemak nabati khusus. Pada November 2023, Cargill membuka Pusat Pengembangan Kakao canggih di Gresik, memperkuat R&D di Asia Tenggara.

Baca Juga: Ini Dia 5 Bisnis Kaesang yang Bangkrut, dari F&B hingga Clothing!

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya