Setelah Penembakan Trump, Harga Emas Dunia Bakal Melesat

Donald Trump ditembak ketika kampanye di Pennsylvania

Intinya Sih...

  • Harga emas dunia diproyeksikan akan melesat pasca-insiden penembakan terhadap Donald Trump
  • Insiden tersebut membuat fund-fund besar dan investor kembali melakukan pembelian secara long term terhadap emas dunia
  • Kondisi perekonomian AS yang membaik dapat membuat bank sentral menurunkan suku bunga hingga tiga kali pada tahun ini

Jakarta, IDN Times - Harga emas dunia diproyeksikan bakal melesat pasca-insiden penembakan terhadap Calon Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada akhir pekan lalu. Hal itu disampaikan oleh Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi.

"Harga emas dunia kemungkinan besar akan melampaui batas 2.500 dolar AS di tahun 2024 pasca-penembakan terhadap Donald Trump pada saat kampanye di Butler, Pennsylvania," kata Ibrahim, dikutip pada Senin (15/7/2024).

1. Politik di AS memanas berikan dampak terhadap aset safe haven

Setelah Penembakan Trump, Harga Emas Dunia Bakal MelesatIlustrasi Emas. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam insiden tersebut, Trump masih bisa selamat karena peluru hanya menyerempet telinganya. Namun, hal itu tidak menutup fakta bahwa kondisi perpolitikan di AS semakin memanas.

Menurut Ibrahim, kondisi tersebut kembali menguatkan dolar AS yang tadinya mulai melemah. Dia pun memperkirakan penguatan mata uang Negeri Paman Sam akan berdampak terhadap aset safe haven seperti emas.

"Hal itu membuat fund-fund besar, investor akan kembali melakukan pembelian secara long term terhadap emas dunia," ujar Ibrahim.

Baca Juga: Awal Pekan, Harga Emas Antam Turun Tipis

2. Bank Sentral AS kemungkinan turunkan suku bunga tiga kali tahun ini

Setelah Penembakan Trump, Harga Emas Dunia Bakal MelesatKetua the Fed Jerome Powell (YouTube the Fed)

Di sisi lain, insiden penembakan itu diproyeksikan semakin menguatkan peluang Trump untuk menang dalam Pemilu AS. Hal itu tentunya membuat dolar AS semakin menguat.

Selain itu, Trump dikenal sebagai sosok yang longgar terhadap kebijakan fiskal dan itu diprediksi juga bakal menguntungkan dolar AS.

Ibrahim mengatakan, jika kondisi perekonomian AS terus membaik maka ada kemungkinan bank sentral atau The Fed tidak hanya menurunkan suku bunga dua kali, melainkan tiga kali pada tahun ini.

Dalam pertemuan minggu lalu, The Fed menyatakan tetap akan menurunkan suku bunga dua kali setelah melihat data inflasi inti yang terus mengalami penurunan.

"Ada kemungkinan besar kalau seandainya kondisi ekonomi di Amerika terus membaik, bank sentral bukan saja 2 kali ya menurunkan suku bunga, bisa saja 3 kali. Target 75 basis point kemungkinan besar akan tercapai," tutur Ibrahim.

Baca Juga: Kadin Bahas Investasi Energi Terbarukan dengan Asisten Menkeu AS

3. Kondisi ekonomi China jadi perhatian

Setelah Penembakan Trump, Harga Emas Dunia Bakal Melesatilustrasi Tembok Besar China (pixabay.com/users/f8_f16-658741)

Sementara itu, kondisi ekonomi di China pun masih dalam pantauan. Perang dagang masih membayangi inflasi yang terus mengalami penurunan.

Hal itu diperkuat dengan pemberlakuan biaya impor mobil dan aki listrik dari Uni Eropa terhadap China dengan tarif antara 7,1 persen hingga 18,4 persen.

Dunia pun sedang menunggu bagaimana perlawanan dari China untuk biaya impor tersebut. Itu juga menjadi sentiman yang membuat harga emas cenderung mengalami penguatan cukup signifikan.

"Kalau seandainya harga emas bisa tembus di level 2.489 dolar AS, ada kemungkinan besar harga emas akan menyentuh rekor tertingginya di 2.550 dolar AS," ujar Ibrahim.

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya