Pusat Data Diretas, Daya Saing Teknologi RI Dipandang Jelek Dunia

Investor bakal khawatir keamanan datanya

Intinya Sih...

  • Direktur CELIOS Nailul Huda mengungkapkan dampak peretasan PDN terhadap citra dan daya saing RI di mata investor asing.
  • Peretasan PDN membuat investor khawatir akan keamanan data mereka, meskipun sering menyimpan data di pusat data swasta.

Jakarta, IDN Times - Director of Digital Economy Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda mengungkapkan, dampak tidak langsung bagi Indonesia akibat peretasan Pusat Data Nasional (PDN) yang terjadi beberapa waktu lalu.

Dampak tidak langsung itu berkaitan dengan citra dan daya saing RI di mata negara lain, terutama para investor asing.

"Ada dampak tidak langsung, yaitu terkait dengan daya saing dan perlindungan data pribadi. Daya saing secara teknologi, yang jelas Indonesia sudah dipandang jelek, di mana tidak ada langkah mitigasi terhadap serangan siber," ujar Huda kepada IDN Times, Senin (1/7/2024).

Baca Juga: Server Pusat Data Diretas, Layanan OSS Diklaim Tetap Aman

1. Investor akan memikirkan jaminan keselamatan datanya

Pusat Data Diretas, Daya Saing Teknologi RI Dipandang Jelek Duniailustrasi ransomware (freepik.com/ Rawf8.com)

Meskipun investor yang merupakan pihak swasta kerap menyimpan data bukan di pusat data milik pemerintah, tetapi insiden serangan hacker ke PDN bakal membuat investor memikirkan jaminan keamanan datanya.

"Dengan ekonomi yang rentan tersebut, investor juga pasti akan memikirkan bagaimana jaminan keamanan data mereka apabila terjadi serangan siber terhadap data base mereka. Tidak ada jaminan dari pemerintah inilah yang membuat rendahnya daya saing secara teknologi," kata Huda.

Baca Juga: BEI Pastikan Anggota Bursa Aman dari Serangan Ransomware PDN

2. Daya saing Indonesia alami peningkatan signifikan

Pusat Data Diretas, Daya Saing Teknologi RI Dipandang Jelek DuniaIlustrasi grafik (IDN Times/Arief Rahmat)

Peristiwa peretasan PDN ini tentunya jadi kabar buruk di tengah melesatnya daya saing Indonesia tahun ini. Dalam riset IMD World Competitiveness Ranking (WCR) 2024, peringkat daya saing Indonesia naik ke posisi 27 dunia. Peringkat Indonesia tersebut naik signifikan sebanyak 7 posisi dari ranking 34 dunia pada 2023.

Di sisi lain, untuk kawasan regional Asia Tenggara, daya saing Indonesia ada di peringkat 3 setelah Singapura (1) dan Thailand (2).

"Dalam beberapa dekade terakhir, negara-negara seperti China, India, Brasil, Indonesia, dan Turki mengalami pertumbuhan dan pembangunan pesat. Imbasnya kini mereka memegang peranan penting dalam perdagangan, investasi, inovasi, dan geopolitik,” tutur Direktur World Competitiveness Center (WCC) IMD, Arturo Bris dalam pernyataan resmi yang diterima IDN Times, Selasa (18/6/2024).

Sementara itu, peringkat daya saing nomor empat dan lima di Asia Tenggara ditempati oleh Malaysia dan Filipina.

3. Indikator yang membuat peringkat daya saing Indonesia melesat

Pusat Data Diretas, Daya Saing Teknologi RI Dipandang Jelek Duniailustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

IMD WCC menggunakan empat indikator untuk menentukan peringkat WCR 2024, yaitu performa ekonomi, efisiensi pemerintah, efisiensi bisnis, dan infrastruktur.

Dari keempat indikator tersebut, peringkat daya saing Indonesia didongkrak cukup tinggi oleh efisiensi bisnis (14), efisiensi pemerintah (23), dan performa ekonomi (24). Namun, Indonesia masih cukup lemah pada ketersediaan infrastruktur, terutama terkait infrastruktur kesehatan dan lingkungan (61), pendidikan (57), sains (45) dan teknologi (32).

Terkait efisiensi bisnis, hal yang berhasil mendongkrak skor Indonesia adalah soal masifnya ketersediaan tenaga kerja (2), efektivitas manajemen perusahaan (10), perilaku dan tata nilai masyarakat yang mendukung efisiensi perusahaan(12). Meski demikian, finansial (25) dan produktivitas (30) perusahaan masih perlu ditingkatkan.

Untuk efisiensi pemerintah, nilai Indonesia paling terpuruk terkait perundangan bisnis (42) yang mendukung daya saing sektor swasta seperti aturan perdagangan, persaingan dan ketenagakerjaan.

Indonesia menempati peringkat kedua terburuk terkait kerangka sosial yang mengukur keadilan penegakan hukum, pendapatan, dan kesetaraan gender. Sementara untuk kebijakan pajak (12) dan kebijakan finansial publik (18) terkait efisiensi bank sental dan bank umum, Indonesia berhasil mendapat peringkat yang baik.

"Penilaian IMD WCR 2024 dilakukan berdasarkan kemampuan suatu negara untuk meningkatkan kesejahteraan dalam jangka panjang. Artinya, penelitian berdasarkan survei dan data keras ini dilakukan bukan sekedar mengukur tingkat daya beli, produktivitas, dan PDB (produk domestik bruto) semata, tapi turut memperhitungkan faktor sosial, budaya, dan keberlanjutan lingkungan (sustainability)," tutur Bris.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya