Populasi Kelas Menengah RI Menyusut, Chatib Basri Beri Solusi

Kelompok kelas menengah di RI menyusut sejak 2019

Intinya Sih...

  • Kelas menengah RI menyusut sejak 2019 hingga 2023
  • Turunnya populasi kelas menengah disebabkan oleh lapangan kerja formal yang terhambat dan alokasi budget kepada sumber daya manusia yang penting

Jakarta, IDN Times - Indonesia bakal mendapatkan pemimpin baru mulai akhir tahun ini setelah Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin lengser pada Oktober 2024. Ekonom Senior, Chatib Basri pun melihat pemerintahan yang akan dipimpin Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka bakal menghadapi kesulitan dalam hal perlindungan sosial (perlinsos).

Terhitung sejak 2019 hingga 2023, Indonesia mengalami apa yang disebut ekonom Serbia-Amerika, Branko Milanovic sebagai Elephant Curve. Hal itu dilihat dari sisi pembagian kelompok masyarakat yang bentuknya seolah seperti tubuh gajah.

"Jadi, kelompok yang miskin pendapatannya tumbuh karena bansos. Kemudian kelas menengahnya ternyata, terutama kelas menengah yang pendapatannya percentile 50-80, itu pertumbuhan income-nya negatif selama 2019 sampai 2023. Kemudian yang 20 persen teratas itu tumbuhnya cepat sekali, kaya sekali. Jadi bentuknya kayak gajah gitu, tinggi, terus turun, kemudian ada belalainya," tutur Chatib dalam program Ngobrol Seru IDN Times, dikutip Minggu (18/8/2024).

1. Pembatasan perlinsos

Populasi Kelas Menengah RI Menyusut, Chatib Basri Beri SolusiPerkembangan anggaran perlindungan sosial tahun 2019-2024. (Dok. Kemenkeu)

Chatib menyampaikan, menyusutnya kelas menengah di Indonesia tidak lepas dari kebijakan perlinsos dari pemerintah yang terbatas hanya untuk kelompok miskin. Oleh karena itu, eks menteri keuangan (menkeu) RI tersebut menyarankan Prabowo-Gibran untuk memperluas kebijakan perlinsos mulai tahun depan.

"Perlindungan sosial itu kalau menurut saya harus diperluas, gak hanya yang bottom 40. Nah, perhitungan yang ditunjukkan itu menunjukkan bahwa kelas menengah kita itu menyusut. Jadi kalau 2003 itu, kelas menengah kita 5 persen. Kalau 2014 sampai 2018 naik sampai 23 persen, jadi berapa kali tuh? Lebih dari 4 kali ya, tapi sejak 2019 turun ke 21 persen, kemudian di 2023 turun ke 17 persen," papar Chatib.

Baca Juga: Tren Konsumsi Kelas Menengah Turun

2. Penciptaan lapangan kerja sektor formal lambat

Populasi Kelas Menengah RI Menyusut, Chatib Basri Beri SolusiPenciptaan lapangan kerja dan ekonomi berkelanjutan adalah kunci untuk pertumbuhan berkelanjutan (freepik.com/pch.vector)

Awalnya, Chatib mengira turunnya populasi kelas menengah di Indonesia terjadi karena pandemik COVID-19. Namun, penurunan terjadi justru saat 2019 ketika COVID-19 belum melanda Indonesia.

Chatib menilai, penciptaan lapangan kerja formal yang terhambat juga menyebabkan kelompok menengah Indonesia berkurang.

"Lapangan kerja di sektor formalnya itu terhambat. Orang lari ke informal dan inilah yang menyebabkan kelas menengahnya turun. Dalam kondisi seperti ini, maka alokasi budget kepada sumber daya manusia itu menjadi penting," ujar Chatib.

3. Program Makan Bergizi Gratis

Populasi Kelas Menengah RI Menyusut, Chatib Basri Beri SolusiPaket makanan uji coba program makan bergizi gratis Prabowo-Gibran. (IDN Times/Larasati Rey)

Di sisi lain, Chatib mengakui bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diusung Prabowo-Gibran bisa menjadi solusi dalam meningkatkan SDM Indonesia. Menurut Chatib, masyarakat tidak hanya bisa diberikan akses pendidikan bermutu sebelum masalah kekurangan gizi atau stunting yang ada tidak diatasi.

"Jadi kalau itu misalnya fokus kepada pregnant woman, ibu-ibu hamil, kemudian anak-anak di bawah 5 tahun, itu akan membantu untuk address isu stunting, sehingga ketika dia dapat pendidikan, dia bisa naik. Begitu juga dengan perlindungan sosial," beber Chatib.

Untuk diketahui, pemerintah dalam RAPBN 2025 telah merancang anggaran sebesar Rp71 triliun untuk program MBG yang akan mulai dijalankan pada tahun depan.

Topik:

  • Jujuk Ernawati

Berita Terkini Lainnya