Perang Dagang AS Vs China Memanas, Indonesia Lakukan 5 Hal Ini
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China bisa dimanfaatkan Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke kedua negara tersebut dan negara lain. Namun ada sejumlah catatan yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekspor.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional, Iman Pambagyo menyebut Indonesia sudah dan akan melakukan berbagai cara untuk menyikapi perang dagang AS dan China ini.
“Bagaimana Indonesia merespons ini (perang dagang) sudah dilakukan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir yang saat ini menghadapi situasi seperti ini, makin kita intensif kan,” kata Iman dalam workshop di auditorium Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa (18/9).
Baca Juga: 3 Dampak Perang Dagang Amerika Vs China terhadap Indonesia
1. Tetap lakukan pendekatan positif
Langkah pertama adalah Indonesia tetap melakukan pendekatan positif. “Engagement secara bilateral konsultasi kita utamakan daripada ikutan trade wars,” kata Iman.
2. Meningkatkan promosi perdagangan
Indonesia juga harus terus meningkatkan promosi perdagangan. Fokusnya adalah ke produk primer dan produk industri.
“Atau produk yang bernilai tambah. Kita kelola impor lebih baik,” sebut Iman.
3. Mempercepat upaya daya saing, khususnya bidang jasa
Editor’s picks
Selain komoditi untuk barang, potensi jasa Indonesia juga cukup bagus. Indonesia harus mempercepat upaya daya saing.
“Peran sektor jasa secara nasional untuk ekspor impor. Potensi jasa sangat besar seperti bidang kreatif dan aplikasi. Sudah banyak jasa tapi skala masih kecil,” katanya.
4. Mempercepat perundingan perdagangan
Iman juga mengatakan Indonesia perlu mempercepat perundingan perdagangan dan memaksimalkan Perjanjian Perdagangan Bebas atau Free Trade Agreement yang ada.
“Kita sudah bentuk 4 FTA Center di 5 kota: Jakarta, Surabaya, Bandung, Makassar dan Medan untuk membimbing pelaku usaha untuk memanfaatkan berbagai FTA tadi,” sebutnya.
5. Membuka akses pasar baru agar tidak bergantung ke pemain besar
Menurut Iman, Indonesia tidak hanya ingin menjaga akses pasar ke pasar tradisional kita seperti Amerika, Uni Eropa, Jepang dan lain-lain. Namun juga membuka akses pasar baru.
“Kita juga buka akses baru ke beberapa region, seperti Afrika. Kita ingin diversifikasi ekspor pasar barang dan jasa. Kita tidak ingin bergantung ke pasar yang besar seperti Jepang dan Amerika,” ungkapnya.
Pemilihan Afrika lantaran masyarakat kelas menengah di negara, seperti Tunisia, Mozambik dan Maroko, cukup banyak dan terus berkembang.
“Jumlah penduduk yang terus tumbuh 1,2 miliar per 2016. Afrika bukan negara baru karena ada beberapa perusahaan di sana. Seperti Indofood, Kalbe Karma, Sinarmas dan Wilmart,” tambah Iman.
Baca Juga: Apa yang Perlu Kamu Tahu Soal Perang Dagang AS-Tiongkok