TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Wamen BUMN: Privatisasi Jalan Terus tanpa Gembar-Gembor

Terutama bagi BUMN yang tidak dapat penugasan pemerintah

Wamen BUMN, Kartika Wirjoatmodjo saat hadir di acara IDN Academy di IDN HQ pada Selasa (23/7/2024). (IDN Times/Tata Firza)

Intinya Sih...

  • Privatisasi BUMN terus berjalan tanpa gembar-gembor
  • Privatisasi dilakukan melalui IPO atau pembentukan perusahaan patungan dengan swasta

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko membeberkan privatisasi BUMN terus berjalan, terutama bagi BUMN yang tidak menjalankan penugasan pemerintah.

Adapun privatisasi BUMN dilakukan dengan dua model, yakni melalui penawaran umum perdana alias initial public offering (IPO) sehingga BUMN menjadi perusahaan terbuka, dan pembentukan perusahaan patungan alias joint venture (JV) dengan pihak swasta.

“Model IPO, seperti sekarang BRI, Mandiri sudah jadi perusahaan publik, itu kan public share-nya 47 persen. Atau dikerjasamakan di level operating company-nya yang bisa dimasuki oleh swasta, seperti hotel. Hotel itu sekarang kita lagi masukkan ke dalam satu fund, investor bisa masuk ke hotel melalui fund ini,” kata Tiko dalam acara IDN Academy di kantor pusat IDN, Jakarta, Selasa (23/7/2024).

Baca Juga: 20 BUMN Sumbang Dividen Rp85,5 T ke Negara, BRI Paling Besar

1. Tantangan BUMN kerja sama dengan swasta

Kantor pusat Kementerian BUMN. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Tiko membeberkan, dalam bermitra dengan swasta, ada tantangan terkait kepercayaan dari pihak swasta. 

“Kita banyak belum bisa meyakinkan itu, banyak private sector local yang masih ragu untuk bekerja sama dengan BUMN. Ini mungkin trauma juga jadi vendor BUMN karya gak dibayar,” tutur Tiko.

Baca Juga: Terungkap BUMN Karya Sering Perang Tender, Stafsus Erick: Bikin Rugi!

2. Privatisasi diutamakan untuk BUMN yang fokus bisnis komersial

Wamen BUMN, Kartika Wirjoatmodjo saat hadir di acara IDN Academy di IDN HQ pada Selasa (23/7/2024). (IDN Times/Tata Firza)

Tiko menyampaikan, privatisasi BUMN diutamakan untuk BUMN yang fokusnya bisnis komersial alias comercially driven.

“Setelah kita bentuk 12 klaster, kita tutup yang sudah tidak perform ke depan. Selanjutnya kita akan buat mana yang PSO driven (penugasan pemerintah), dan mana yang comercially driven,” ucap Tiko.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya