TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pendiri Filosofi Kopi Curhat Susah Buka Gerai di Stasiun MRT-Bandara

Tapi kedai kopi asing diberi karpet merah

Diskusi ketahanan pangan dalam rangka media briefing Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah, Jakarta, Senin (23/9/2024). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Intinya Sih...

  • Kedai kopi lokal sulit masuk di sarana publik seperti MRT Jakarta
  • Kedai kopi asing dapat membuka gerai dengan lebih mudah di mal dan bandara

Jakarta, IDN Times - Co-founder Mbloc Space dan kedai Filosofi Kopi, Handoko Hendroyo mengatakan, keberpihakan sarana publik di Indonesia terhadap merek lokal masih rendah, khususnya pada gerai kopi lokal.

Handoko mengatakan, Filosofi Kopi pernah kesulitan untuk membuka gerai di Stasiun MRT Jakarta. Handoko pun menyinggung merek kedai kopi asing yang bisa membuka gerai di Stasiun MRT.

“Di tahun-tahun itu, saya mengalami kekecewaan yang luar biasa. Ketika buka MRT, waktu itu kan menjadi milestone baru. Kita waktu itu diminta proposal untuk masuk di MRT, Filosofi Kopi dengan semangat, tapi gak digubris sama MRT waktu itu, dan yang masuk adalah kita tahu siapa, Starbucks,” kata Handoko dalam diskusi Ketahanan Pangan di Sarinah, Jakarta, Senin (23/9/2024).

1. Kedai kopi asing dapat karpet merah di mal hingga bandara

Diskusi ketahanan pangan dalam rangka media briefing Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas di Sarinah, Jakarta, Senin (23/9/2024). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Handoko mengatakan, proses kedai kopi lokal untuk bisa masuk di mal atau bandar udara (bandara) tidaklah mudah. Sementara, merek kedai kopi asing bisa membuka lebih dari satu gerai, misalnya di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta.

“Saya tahu benar di mal-mal saat itu keberpihakan terhadap Starbucks itu sangat luar biasa mengenakkan, karpet merah di mana-mana. Kita lihat saja di terminal 3, itu ada tiga Starbucks,” ucap Handoko.

Baca Juga: Cerita UMKM Pulau Samosir, QRIS Bawa Berkah Dongkrak Omzet Pedagang

2. Anak muda sudah berpihak pada kedai kopi lokal

Gerai Filosofi Kopi. (dok. Instagram @filosofikopi)

Handoko mengatakan, sentimen positif generasi muda di Indonesia terhadap kedai kopi lokal tumbuh sangat pesat, bahkan sebelum ada aksi boikot produk-produk yang dinilai mendukung Israel.

“Sentimen positif sudah terjadi sebelum ada krisis Palestina ini. Jadi tentu saya tidak nyaman juga dibilang bahwa oh gara-gara Palestina kita naik karena sebelumnya sebenarnya sentimen sudah tinggi,” tutur Handoko.

Sayangnya, jangkauan kedai kopi lokal masihg kurang luas. Handoko mengatakan, persoalan terkait memperluas jangkauan kedai kopi lokal utamanya disebabkan keberpihakan pemangku kepentingan.

“Poin saya, kritik keras saya adalah kok dari pemerintah tidak berpihak pada yang lokal?” ucap Handoko.

3. Anak muda terjun langsung ke perkebunan kopi

Anak muda sudah berpartisipasi dalam proses penanaman kopi. (dok. Instagram @filosofikopi)

Handoko mengatakan, keberpihakan anak muda terhadap kopi lokal tak hanya ditunjukkan dengan konsumsi. Tapi, anak muda justru terjun ke perkebunan untuk bisa mengerjakan kebun kopi itu sendiri.

“Intinya, yang muda-nuda itu sudah pergi ke kebun juga, sudah bertani mereka,” kata Handoko.

Oleh sebab itu, Handoko berharap pihak-pihak yang memiliki kewenangan bisa mendorong keberpihakan terhadap kedai kopi lokal.

Baca Juga: 5 Alasan Usaha Kedai Kopi Tidak Bisa Lepas dari Peran Anak Muda 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya