Kisah Pebisnis Bandung Jual Ribuan Gelas Minuman Kelapa Tasikmalaya
Pakai produk dari petani lokal
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Melancong ke Singapura pada 2022 menjadi awal mula Dwiki Septianto (34), mendirikan bisnis minuman. Pada 2022, pemuda asal Bandung, Jawa Barat itu menjajal produk minuman olahan kelapa asal Negeri Singa.
Dia pun terinspirasi membuat produk tersebut di Indonesia, mengingat Indonesia memiliki pasokan kelapa yang melimpah. Setahun kemudian, Dwiki mendirikan minuman olahan kelapa bernama Coconud dengan bahan baku kelapa asal Tasikmalaya, Jawa Barat.
Meski awalnya hanya sedikit orang yang mengetahui minuman dengan bahan dasar kelapa diblender, Dwiki terus melakukan edukasi dan mengembangkan produk-produknya agar bisa diterima masyarakat.
Bagaimana Dwiki bisa mengembangkan usaha minuman olahan kelapa di tengah ketatnya persaingan bisnis minuman dan minimnya pengetahuan masyarakat akan minuman berbasis kelapa? Simak wawancara IDN Times bersama Dwiki Septianto berikut ini.
Baca Juga: Kisah Keripik Tempe Martinah: dari Gang Kecil ke Mancanegara
Bagaimana perjalanan mendirikan Coconud? Inspirasinya dari mana?
Jadi saya itu waktu tahun 2022 awal ada main lah ke daerah Singapura, dan di situ melihat ada produk yang menjual kelapa terus diblender. Nah, sebetulnya memang terinspirasi dari situ, Bu. itu. Karena saya berpikir di Singapura itu yang tidak banyak sumber kelapanya kok bisa nih menjual produk kelapa. Dan Sedangkan di Indonesia dan khususnya di Jawa Barat, itu kan sumber kelapa itu banyak banget. Saya berpikir bahwa mungkin bisa saya sadur idenya dengan harga yang lebih affordable dan rasa yang mirip, bahkan bisa lebih diterima oleh masyarakat Indonesia, dan Bandung khususnya.
Nah, pada tahun 2022 awal itu mempunyai ide, setelah balik ke Indonesia saya coba riset, saya coba develop produknya, saya coba R&D dan sebagainya. Akhirnya ketemulah formulasi yang pas untuk lidah masyarakat Indonesia setelah saya validasi produk R&D ini ke kurang lebih sekitar 80-an orang lah, atau teman-teman saya lah. Dan hampir 80 persen-nya itu bilang produknya sudah oke.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk buka outlet di daerah Jatinangor dulu awalnya pada November 2022. Di November 2022 saya mencoba untuk memvalidasi kembali produk, dengan mencari feedback dari para customer. Setelah mereka bilang, 80 persen customer saya di Jatinangor itu bilang puas, akhirnya saya memberanikan diri buka di Bandung, tepatnya di Jalan Anggrek nomor 42. Nah setelah itu ya sudah running sampai dengan sekarang.
Berapa modal yang disiapkan untuk membuka bisnis tersebut?
Modal awal yang dikeluarkan oleh saya untuk outlet Jatinangor saat itu sekitar kurang lebih Rp38 juta. Namun di Bandung terkait dengan biaya sewa yang cukup tinggi, kemudian outlet yang lebih proper, alat-alat kitchen juga lebih proper, makanya modalnya bisa lebih tinggi, estimasi sekitar Rp200 juta dengan sewa.
Ada berapa outlet di Bandung?
Sekarang baru dua, jadi di Bandung itu baru buka Februari 2023. Nah sekarang saya mencoba kenapa belum buka outlet secara masif, karena saya ingin tahu dulu nih. Sebetulnya coconut shake ini kan minuman yang di Indonesia itu terbilang baru dibanding dengan kopi atau teh itu yang sudah banyak pasarnya, market fit-nya sudah sangat berbentuk. Nah coconut shake ini minuman baru di Indonesia, makanya saya belum berani untuk buka masif.
Jadi selama setahun ini, saya mencoba apakah coconut shake ini bisa diterima oleh masyarakat atau tidak. Nah, responnya alhamdulillah untuk Coconud khususnya, brand Coconud ini diterima sangat baik di Bandung. Dan tahun 2024 ini baru saya berpikiran untuk mencoba ekspansi ke outlet-outlet yang lain.
Apa yang membuat Anda tetap berani terjun ke bisnis minuman di tengah persaingan yang ketat?
Memang apalagi khususnya di Bandung itu tuh hampir setiap bulan mungkin ya, mungkin hampir setiap bulan itu pasti ada saja produk yang baru. Kenapa saya akhirnya mau terjun di bisnis minuman di antara produk-produk yang lain, karena saya melihat Coconud ini khususnya mempunyai diferensiasi produk yang cukup besar. Kalau yang sudah ada itu, basisnya itu kopi dan teh, dan saya mencoba memberikan satu varian yang yang berbeda yaitu basisnya kelapa.
Dengan menjual value lebih dengan khasiat dari kelapanya sendiri. Maksudnya, khasiat kelapa itu sudah sangat banyak diketahui oleh banyak orang saya. Nah, saya mencoba mengolah kelapa ini untuk menjadi minuman yang lebih, yang lebih bisa dinikmati dengan cara yang berbeda. Nah, di situ saya akhirnya berpikiran ini produk punya penetrasi yang cukup baik untuk di masyarakat dengan value selain juga enak, tapi juga menyehatkan.