TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bos OJK Ramal Perekonomian Global Tak Terseret Resesi

OJK tetap mewaspadai pergerakan ekonomi global

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar dalam pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024 di Hotel St Regis, Jakarta, Selasa (20/2/2024). (dok.YouTube OJK)

Jakarta, IDN Times - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar memprediksi perekonomian global bisa menghindari ancaman resesi. Itu karena ada banyak kebijakan yang akan mampu mengurangi ketidakpastian perekonomian global.

Meski begitu, dia menyatakan masih ada risiko-risiko yang bisa mempengaruhi perekonomian global. Misalnya, beban utang, permintaan yang melemah, dan sebagainya.

Ekonomi global diperkirakan mampu menghindari resesi. Namun, berbagai downside risk masih mewarnai ekonomi, terutama biaya pinjaman beban utang, lemahnya permintaan, serta divergensi pemulihan di negara-negara besar dunia," kata Mahendra dalam pembukaan Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024 di Hotel St Regis, Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Dampak Resesi Jepang-Inggris ke Ekonomi RI

1. Meski tak resesi, perekonomian global bakal melambat

Ilustrasi ekonomi global (Pixabay.com)

Meski ancaman resesi menurutnya bisa dihindari, OJK melihat perekonomian global masih akan melemah dengan adanya gejolak geopolitik.

“Berbagai faktor risiko geopolitik serta potensi perubahan konstelasi kebijakan politik dari berbagai pemilu di negara-negara besar yang lain menjadikan unknown variabel yang perlu dicermati. Akibatnya proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan melambat di tahun ini,” ucap Mahendra.

Baca Juga: Optimistis Ekonomi RI 2024 Tetap Tumbuh, Jokowi: Tapi Harus Waspada

2. Sektor jasa keuangan Indonesia tetap tumbuh

ilustrasi perencanaan keuangan seorang pengusaha (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Dalam kesempatan itu, Mahendra juga menyampaikan evaluasi kinerja sektor jasa keuangan Indonesia sepanjang 2023. Dia mengatakan, dari sisi permodalan, kondisinya sangat kuat, disertai likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga.

Lalu, dari aspek intermediasi, kredit dan piutang pembiayaan tumbuh hingga dua digit, dan risiko kredit relatif terkendali.

“Sementara penghimpunan dana di pasar modal berhasil melampau target Rp200 triliun. Dengan jumlah emiten baru mencetak rekor tertinggi dibandingkan negara-negara kawasan. Minat investasi di pasar modal terus tumbuh dengan jumlah investor tumbuh 5 kali dalam 4 tahun terakhir," tutur Mahendra.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya