Turunnya Kelas Menengah Jadi PR Prabowo-Gibran
Terjadi perubahan pola konsumsi
Banten, IDN Times - Wakil Menteri Keuangan II, Thomas Djiwandono, mengatakan penurunan kelas menengah pada tahun ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintahan atau kabinet baru Prabowo Subianto. Menurutnya perlu ada kebijakan jangka panjang untuk mengatasi penurunan tersebut.
"Saya rasa ini memang menjadi PR pemerintahan Pak Prabowo yang utama bagaimana kita mencari solusi jangka panjang," kata Thomas dalam acara APBN 2025: Stabilitas, Inklusivitas, Keberlanjutan, di Anyer, Kabupaten Serang, Banten, Rabu (25/9/2024).
1. Turunnya kelas menengah dampak pandemik COVID-19
Thomas menegaskan penurunan kelas menengah ini disebabkan oleh pamdemic Covid-19 dan di saat itu geliat perekonomian dan kinerja industri tengah merosot.
"Kenapa kelas menengah ini turun itu kan ada kaitannya sama pandemik. Kaitannya kan waktu tahun pandemik besar yang tadinya punya kerja di mana tiba-tiba apa entah mungkin bukan mungkin masih employee saat ini cuman gak sebaik masa pre-pandemi," ungkapnya.
Oleh karena itu, ia membantah bila penurunan kelas menengah ini disebabkan oleh masih kurangnya kebijakan pemerintah. Karena hingga saat ini pemerintah terus memberikan afirmasi dan stimulus kepada masyarakat.
"Itu kan ada kaitannya sama pandemik. Jadi jangan dianggap bahwa ada kebijakan-kebijakan tertentu yang kurang atau apa, tiba-tiba kelas menengahnya turun terus," jelas dia.
Pada 2024, jumlah kelas menengah diketahui turun menjadi 47,85 juta jiwa atau sekitar 17,13 persen dari total populasi Indonesia di 2024. Pada 2019, porsi penduduk kelas menengah masih sebesar 21,45 persen atau sekitar 57,33 juta jiwa dan turun menjadi 19,82 persen (53,83 juta jiwa) di 2021.
Baca Juga: Pola Konsumsi Kelas Menengah Berubah, Ini 4 Tips Biar Gak Turun Kelas