TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Realisasi Subsidi Energi per Agustus 2024 Baru Separuh dari Target

Capai Rp102,8 triliun hingga akhir Agustus

Penampakan gas LPG 3 Kg. (IDN Times/Istimewa).

Intinya Sih...

  • Realisasi subsidi energi mencapai Rp102,8 triliun hingga Agustus 2024, sudah 55,30% dari target tahun ini.
  • Subsidi listrik meningkat 3,9%, dengan jumlah pelanggan yang bersubsidi mencapai 40,9 juta.

Jakarta, IDN Times - Realisasi subsidi energi sebesar Rp102,8 triliun hingga akhir Agustus 2024. Realisasi ini sudah mencapai separuh atau 55,31 persen dari target subsidi energi tahun ini sebesar Rp185,87 triliun.

Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) I, Suahasil Nazara menyampaikan, subsisdi energi Bahan Bakar Minyak (BBM) telah digunakan sebanyak 10.284,4 ribu kiloliter (kl) atau naik 0,6 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara LPG 3 kilogram (kg), realisasinya 4.744,7 juta kg atau tumbuh 1,6 persen dari periode sama tahun lalu.

"LPG tabung 3 kg juga ada peningkatan 1,6 persen. LPG 3 kg (telah dimanfaatkan) sebesar 4,744 juta kg, jadi ini tumbuh dibandingkan tahun lalu. Ini berarti kegiatan ekonomi masyarakat untuk menggunakan tabung LPG 3 kg meningkat," kata Suahasil dalam Konferensi Pers APBN KiTa edisi Agustus, Senin (23/9/2024). 

1. Subsidi listrik sudah dinikmati 40,9 juta pelanggan

Petugas PLN (dok. PLN)

Sementara itu, subsidi listrik mencapai 40,9 juta pelanggan. Jumlah ini meningkat 3,9 persen dari periode sama tahun lalu.

"Listrik bersubsidi juga meningkat jumlah pelanggannya, tahun ini ada 40,9 juta pelanggan listrik yang tarifnya bersubsidi, peningkatannya 3,9 persen ," kata Suahasil. 

Berdasarkan Buku Nota Keuangan, realisasi subsidi listrik selama periode 2020–2023 meningkat rata-rata sebesar 4,0 persen, dari semula Rp61,1 triliun pada 2020 menjadi Rp68,7 triliun di 2023. 

Dalam outlook tahun anggaran 2024, subsidi listrik diperkirakan mencapai Rp80,72 triliun. Peningkatan tersebut terutama disebabkan perkembangan asumsi dasar ekonomi makro, volume listrik bersubsidi, dan pembayaran kurang bayar subsidi tahun sebelumnya.

Dalam rangka melaksanakan subsidi lebih tepat sasaran dan berkeadilan, pemerintah telah melakukan upaya pelaksanaan kebijakan subsidi listrik tepat sasaran bagi rumah tangga miskin dan rentan sesuai Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). 

Baca Juga: BBM Subsidi Bakal Dibatasi karena Lebih Banyak Dipakai Orang Mampu

2. Realisasi subsidi energi periode 2019-2022 fluktuatif

IDN Times/Istimewa

Realisasi subsidi energi periode 2019–2022 mengalami perkembangan yang cenderung fluktuatif, terutama dipengaruhi perkembangan asumsi dasar ekonomi makro, volume penyaluran BBM dan LPG bersubsidi, serta kebijakan besaran subsidi tetap untuk minyak solar.

Selama periode 2019–2022, subsidi energi berfluktuasi dari semula sebesar Rp136 triliun pada tahun 2019 menjadi sebesar Rp171,8 triliun pada 2022.

3. Subsidi non-energi sentuh Rp44,1 triliun

Ilustrasi KUR. (dok. Istimewa)

Suahasil mengungkapkan, untuk realisasi subsidi non-energi telah mencapai Rp44,1 triliun. Ini terdiri dari penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp195,4 triliun atau meningkat 29,5 persen dan debitur KUR berjumlah 3,3 juta orang atau tumbuh 21,2 persen

Penyaluran kredit ini semakin baik dan menandakan bahwa laju perekonomian bergerak.

"Peningkatan kredit lewat KUR ini juga bagus untuk dorong perekonomian kita. Debitur KUR meningkat tahun lalu 2,7 juta, tahun ini jadi 3,3 juta debitur KUR yang menerima KUR," tutur Suahasil. 

Sementara untuk subsidi pupuk tahun ini ada peningkatan jadi 4,4 juta ton pada Agustus. Jumlah ini lebih tinggi 3,5 persen dari realisasi pupuk bersusidi tahun lalu sebanyak 4,3 juta ton.

Baca Juga: Asumsi Kurs Berubah, Subsidi Energi Susut Rp1,1 Triliun 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya