TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nilai Investasi TOD MRT Jakarta Rp1,5 Triliun, Kawasan Terdongkrak!

TOD tingkatkan nilai tambah ganda bagi kawasan

Kepala Departemen TOD MRT Jakarta, Sagita Devi (IDN Times/Triyan)

Jakarta, IDN Times - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menggenjot pembangunan kawasan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD) MRT Jakarta. PT MRT Jakarta mencatat nilai investasi untuk pembangunan proyek infrastruktur di kawasan TOD mencapai Rp1,5 triliun dalam dua tahun terakhir. 

"Beberapa proyek infrastruktur yang sudah kita lakukan 1-2 tahun ini. Ternyata kalau dihitung-hitung total investasinya bisa mencapai Rp 1,5 triliun rupiah dari semua project yang kita kerjakan," kata Kepala Departemen TOD Planning & Development MRT Jakarta, Sagita Devi, dalam diskusi di Taman Literasi Martha Christina Tiahahu-TOD Blok M, Jakarta Selatan, Jumat (24/3/2023).

TOD merupakan area perkotaan yang dirancang untuk memadukan fungsi transit pada transportasi dengan manusia, kegiatan, bangunan, dan ruang publik. Konsep ini bertujuan untuk mengoptimalkan akses terhadap transportasi publik sehingga dapat menunjang daya angkut penumpang.

Baca Juga: Penumpang Tembus 92 Ribu per Hari, MRT: Ayo Beralih Transportasi Umum!

Baca Juga: Aturan Buka Puasa di MRT Jakarta, Cuma buat Membatalkan Saja Ya

1. Pengembangan TOD tingkatkan nilai tambah kawasan sekitar

Logo MRT (Dok. Istimewa)

Adapun 15 proyek TOD MRT Jakarta, yakni:

  1. Transit Plaza Depan Points
  2. Simpang Temu Lebak Bulus
  3. Park and Ride Lebak Bulus
  4. Pedestrian Tunnel Menara Mandiri
  5. Simpang Temu Dukuh Atas
  6. Pedestrian Tunnel Thamrin
  7. Serambi Temu Dukuh Atas
  8. Plaza Transit Mahakam
  9. Taman Literasi Martha Christina
  10. Rumapadu One Belpark Fatmawati,
  11. Penyediaan Hunian TOD
  12. Penataan Taman Kudus
  13. Pelebaran Jalan Pati Juana
  14. Pedestrian Blora-Kendal
  15. Penataan Persimpangan Stasiun Karet

Sagita menjelaskan adanya infrastruktur MRT Jakarta akan menimbulkan peningkatan nilai tambah baru bagi kawasan di sepanjang lajurnya. "Alhasil perlu ditangkap dengan meningkatkan daya dukung kawasan sehingga tercipta kawasan yang mandiri dan berkelanjutan," ujar Sagita. 

Rincian peningkatan itu di antaranya, terjadi kenaikan nilai lahan akibat pembangunan MRT Jakarta fase I rata-rata sebesar 5,1 persen. Hal ini juga mendorong peningkatan nilai properti dan nilai lahan, juga dalam bentuk kontribusi atau pajak.

Potensi penerimaan dari land value capture kurun waktu 2023 hingga 2069 mencapai Rp62,1 triliun untuk fase 1 dan 2. Tahun lalu aja, peningkatan nilai kawasan yang mencapai Rp1,5 triliun. 

"Jadi gak hanya stasiun aja, gak hanya bangunan samping stasiun saja yang dipikirin. Tapi gimana caranya satu kawasan jadi kawasan inklusif yang memperhatikan akses atau kegiatan di dalam area di kawasan itu. Manusia seperti apa, konektivitas di area tersebut apa sehingga nantinya terjadi kawasan inklusif yang konektivitasnya seamless connectivity," paparnya.

Baca Juga: Butuh Waktu Lebih dari 10 Tahun Wujudkan Kawasan TOD di Jakarta

2. Delapan prinsip pembangunan kawasan TOD

Penumpang MRT Jakarta (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)

Dalam mengembangkan perencanaan TOD, PT MRT Jakarta menggunakan delapan prinsip, yaitu:

  1. Fungsi campuran (pengembangan fungsi campuran dalam radius tempuh jalan kaki dari setiap stasiun, yaitu fungsi komersial, perkantoran, kelembagaan, hunian, dan fasilitas umum)
  2. Kepadatan tinggi (memaksimalkan kepadatan dan keaktifan di sekitar stasiun transit) yang sesuai dengan daya dukung kawasannya
  3. Peningkatan kualitas konektivitas (koneksi sederhana, langsung, dan intuitif yang mendukung mobilitas penggunan menuju, dari, dan di antara stasiun yang bebas kendaraan bermotor dan memiliki sistem penanda yang jelas menuju stasiun dalam kawasan pengembangan)
  4. Peningkatan kualitas hidup (pengalaman ruang yang menarik, aman, dan nyaman yang menunjang kebutuhan harian penumpang, pejalan kaki, pekerja, penghuni, dan pengunjung melalui jalan, plaza, ruang terbuka yang dapat memberi kontribusi positif kepada identitas dan karakter kawasan transit terpadu)
  5. Keadilan sosial (memampukan komunitas baru yang dapat bertahan dan sukses dalam jangka waktu panjang dengan membuka kesempatan pekerjaan dan hunian untuk semua kalangan sosial ekonomi, mempertahankan komunitas dan jaringan sosial yang ada di daerah pengembangan, dan menyediakan infrastruktur sosial untuk mendukung identitas dan hubungan komunitas yang lebih kuat)
  6. Keberlanjutan lingkungan (mengurangi dampak buruk pembangunan terhadap lingkungan dengan desain yang ramah lingkungan, penurunan jejak karbon sebagai dampak dari optimalisasi jalan kaki dan bersepeda, pembaruan air dan energi, menjaga ekosistem alam dan kota, serta pengolahan limbah untuk sumber daya baru)
  7. Ketahanan infrastruktur (merancang kota yang dapat bertahan dari bencana besar dan dampak perubahan iklim)
  8. Pembaruan ekonomi (pengembangan ekonomi lokal yang dapat menarik investasi dan peluang kerja baru).

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya