TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menkeu Ungkap Biang Kerok Manufaktur Indonesia Merosot

Laju manufaktur Juli turun ke level 49,3

Menkeu Sri Mulyani usai melakukan pencoblosan pada Rabu (14/2/2024). (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Intinya Sih...

  • Laju manufaktur Juli turun ke level 49,3 menurut data S&P
  • Penyebabnya adalah penurunan permintaan baru dan melemahnya sisi ekspor
  • Sri Mulyani tetap optimistis terhadap ekspor Indonesia khususnya ke India

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan beberapa penyebab laju manufaktur Indonesia (Purchasing Manufacturing Index) mengalami kontraksi.

Berdasarkan data S&P kinerja manufaktur Indonesia turun 1,4 poin secara bulanan menjadi 49,3 dari 50,9 pada Juni 2024 sehingga PMI mengalami kontraksi.

"Terjadi penurunan permintaan baru dari barang-barang manufaktur mengalami moderasi, apakah karena penurunan permintaan ini berlangsung seasonal atau kompetensi barang-barang impor. Ini terutama barang-barang konsumsi. Kami akan lakukan investigasi untuk sisi demand side," ujar Menkeu, dikutip Sabtu (3/8/2024).

1. Cermati dampak penurunan manufaktur ke makro ekonomi

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain penurunan permintaan dari sisi domestik, ada kemungkinan bisa dari melemahnya sisi ekspor untuk negara-negara yang mengalami pelemahan imbas ketidakpastian global.

Namun di sisi lain, ada harapan terhadap India dengan kinerja ekonomi yang tetap baik dan solid.

"Manufaktur diukur dari sisi PMI seperti tekstil dan alas kaki dan tidak mencerminkan manufaktur yang banyak di Indonesia seperti hilirisasi. Jadi kita akan melihat dampaknya dari seluruh makro ekonomi," tegasnya.

Baca Juga: Menkeu Proyeksikan Laju Ekonomi Q2 Bisa Sentuh 5 Persen

2. Menkeu optimistis ekspor Indonesia tetap tumbuh

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski begitu, Sri Mulyani tetap optimistis ekspor Indonesia masih bisa tumbuh khususnya ke India.

“Kita masih punya harapan terhadap India. Kalau India itu mungkin bukan barang manufaktur, jadi ekspor kita bisa kuat. Memang cenderung pada manufaktur yang sifatnya lebih tradisional seperti tekstil dan alas kaki,” kata Sri Mulyani.

Baca Juga: Menkeu Pamer PNBP Minerba Capai Rp172,9 T di 2023, Lampaui Target!

3. Permintaan manufaktur turun

ilustrasi penerapan IoT pada Industri Manufaktur(canva.com)

Berdasarkan laporan S&P Global, PMI Manufaktur Indonesia tercatat terkontraksi di bawah level 50 terakhir kali pada Agustus 2021 saat masa pandemi. Di mana pada saat itu PMI Manufaktur berada di level 43,7.

Anjloknya PMI Manufaktur Indonesia pada Juli 2024 ini disebabkan oleh tingkat output dan permintaan baru turun pada tingkat sedang. Tidak hanya itu perusahaan manufaktur juga banyak mengurangi jumlah karyawan dalam empat bulan terakhir.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya