TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

IMF Ramal Ekonomi Global Tumbuh 3,2 Persen di 2024 dan 2025

Inflasi global akan turun jadi 5,9 persen

Ilustrasi ekonomi (Pixabay.com)

Intinya Sih...

  • IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 menjadi 3,2 persen (yoy)
  • Inflasi global tahun ini diperkirakan akan turun menjadi 5,9 persen

Jakarta, IDN Times - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memprediksi pertumbuhan ekonomi global pada 2024 menjadi 3,2 persen (yoy) atau lebih tinggi 0,1 persen dari proyeksi pada Januari lalu. Hal tersebut dirilis dalam laporan World Economic Outlook (WEO).

"Pertumbuhan global sebesar 3,2 persen pada tahun 2023 dan diperkirakan akan tetap pada tingkat tersebut, baik pada tahun 2024 maupun 2025," ucap Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas pada Konferensi Pers Pertemuan Musim Semi IMF dan Bank Dunia, Rabu (17/4/2024).

Baca Juga: Serangan Iran ke Israel Bakal Beri Dampak Serius ke Ekonomi RI

1. Laju ekspansi rendah disebabkan sejumlah faktor

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

IMF menjelaskan, laju ekspansi rendah disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya masih tingginya biaya pinjaman dan penarikan dukungan fiskal, serta dampak jangka panjang dari hal tersebut pandemik COVID-19 dan invasi Rusia ke Ukraina, lemahnya pertumbuhan produktivitas dan meningkatnya fragmentasi geo-ekonomi.

"Perkiraan terbaru untuk global pertumbuhan lima tahun dari sekarang sebesar 3,1 persen berada pada titik puncaknya terendah dalam beberapa dekade. Laju konvergensi menuju
standar hidup yang lebih tinggi bagi masyarakat berpendapatan menengah dan rendah," ujar Pierre. 

Baca Juga: Eks Menkeu Ingatkan Serangan Iran ke Israel Bisa Gerus Ekonomi RI

2. Inflasi global tahun ini diperkirakan turun jadi 5,9 persen

Ilustrasi inflasi. (Pexels/Markus Winkler)

Inflasi global tahun ini diperkirakan akan turun menjadi 5,9 persen atau lebih rendah dari rata-rata tahunan sebesar 6,8 persen pada 2023. Sedangkan 2025 diperkirakan inflasinya hanya 4,5 persen. 

"Inflasi di negara maju akan lebih cepat kembali pada kondisi semula dibandingkan pasar negara berkembang," ujarnya. 

Meski begitu, ia tak menampik bahwa inflasi dan risiko geopolitik akan tetap menjadi ancaman terhadap perekonomian dunia. Tetapi ia meyakinkan bahwa ekonomi global masih sangat tangguh, dengan pertumbuhan yang tetap stabil seiring dengan kembalinya inflasi.

"Pergerakan inflasi dimulai dengan gangguan rantai pasokan setelah pandemik ini, perang yang diprakarsai Rusia terhadap Ukraina yang memicu krisis energi dan pangan global, dan lonjakan inflasi yang cukup besar, diikuti oleh peningkatan inflasi secara global pengetatan kebijakan moneter yang tersinkronisasi," tutur Pierre-Olivier. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya