Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Anggaran infrastruktur yang disiapkan pemerintah untuk tahun depan sebesar Rp400,3 triliun. Anggaran ini turun 5,3 persen dibandingkan tahun ini yang mencapai Rp422,7 triliun.
Adapun anggaran ini dialokasikan melalui beberapa pos yakni belanja pemerintah pusat (BPP) sebesar 240.234,4 miliar, kemudian transfer ke daerah sebesar Rp96.378,3 miliar, dan pembiayaan anggaran sebesar Rp63.735,6 miliar.
Lantas, apakah anggaran infrastruktur yang turun ini masih bisa mengakselerasi pertumbuhan ekonomi?
Baca Juga: PGN Integrasikan Pengelolaan Infrastruktur dan Komoditas Gas
1. Anggaran infrastruktur yang turun sudah perhitungkan dampaknya ke ekonomi
ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama) Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu mengatakan anggaran infrastruktur yang turun untuk tahun depan telah mempertimbangkan berbagai faktor termasuk dampaknya terhadap perekonomian karena untuk melihat efektivitas dari anggaran tidak hanya dilihat dari satu sisi melainkan dari banyak aspek.
"Kami sudah pertimbangkan semua, total dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) nya cukup besar sehingga memang dampak bagi perekonomiannya bukan hanya satu demi satu, namun secara keseluruhan. Kemudian langkah untuk mendorong penciptaan lapangan kerja dan juga mencapai target-target pembangunan, menurunkan angka kemiskinan esktrem," tegasnya, Jumat (30/8/2024).
2. Peran swasta makin dibutuhkan untuk bangun infrastruktur
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (IDN Times/Aditya Pratama) Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
Febrio menegaskan bahwa anggaran pendapatan belanja negara (APBN) tidak kuat jika harus membiayai seluruh pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, pemerintah membuka peluang partisipasi dari pihak swasta dalam mendukung pembangunan infrastruktur.
"Secara umum, kita melihat APBN tidak mungkin bisa membiayai semuanya. Jadi, kita pasti akan membuka ruang, bahkan kita membutuhkan partisipasi dari swasta," kata dia.
Dalam catatannya, dari total nilai investasi, sekitar 29 persen sampai 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) berasal dari swasta. Sementara jika melalui APBN, pemerintah hanya fokus menggunakan anggaran tersebut untuk belanja-belanja yang sifatnya strategis.
"Dengan ini, diharapkan bisa mendorong aktivitas dari pihak swasta, yang justru akan bisa menjadi lebih tangguh," ucapnya.
Baca Juga: Bangun Infrastruktur, Jokowi: Kita Berhasil Turunkan Biaya Logistik