Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar AS menunjukkan pelemahan tipis pada pembukaan perdagangan Senin (15/7/2024). Perdagangan dibuka pada level Rp16.144 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, pada pukul 09.02, dolar AS sudah mengalami penguatan sebesar 13 poin atau 0,08 persen, membawa nilai tukarnya terhadap rupiah ke level Rp16.149,5. Angka tersebut naik dari penutupan sebelumnya di level Rp16.136,5 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah Tangguh di Akhir Pekan, Terapresiasi ke Rp16.136,5 per Dolar AS
1. Penembakan terhadap Trump bikin dolar AS menguat
Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengungkapkan, penembakan yang terjadi terhadap Trump akhir pekan lalu membuat dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya. Situasi tersebut diperkirakan akan memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah hari ini.
Menurut Ariston, peristiwa tersebut dipandang oleh pelaku pasar sebagai faktor yang dapat meningkatkan peluang Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS. Kebijakan pemerintahan Trump yang sangat pro dalam negeri AS diperkirakan akan mendorong penguatan dolar AS.
“Seperti yang kita ketahui, kebijakan pemerintahan Trump ini sangat pro dalam negeri AS dan mendorong penguatan dolar AS,” ujarnya.
Pengamat pasar keuangan, Lukman Leong juga berpendapat penembakan terhadap Trump mungkin menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor dan menguatkan dolar AS karena permintaan safe haven atau aset aman.
“Namun, reaksi masih beragam. Investor menantikan data pertumbuhan ekonomi China pagi ini,” ujar Lukman.
2. Pelemahan rupiah kemungkinan cenderung terbatas
Di sisi lain, kata Ariston, terdapat harapan bahwa Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga acuan tahun ini, setelah data inflasi konsumen AS bulan Juni menunjukkan penurunan.
Harapan tersebut sempat membuat dolar AS melemah terhadap mata uang lainnya, yang berpotensi menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS hari ini.
“Kelihatannya ini bisa menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS hari ini,” tutur Ariston.
Selain itu, hasil data Produk Domestik Bruto (PDB) China untuk kuartal kedua yang akan dirilis pagi ini bisa memperburuk pelemahan rupiah jika hasilnya lebih buruk dari ekspektasi pasar sebesar 5,1 persen. Sentimen negatif tersebut dapat mempengaruhi pasar aset berisiko.
Sementara itu, Lukman memprediksi rupiah akan berkonsolidasi terhadap dolar AS dengan kecenderungan melemah terbatas. Data ekonomi AS pada hari Jumat yang menunjukkan harga produsen lebih tinggi dari perkiraan telah sedikit menguatkan dolar AS.