TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rupiah Gaspol ke Rp15.402 per Dolar AS

Berpeluang lanjut menguat besok

ilustrasi rupiah menguat (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya Sih...

  • Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS, mencapai Rp15.402 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu.
  • Berdasarkan data Jisdor, rupiah berada di level Rp15.415 per dolar AS, naik 32 poin dari penutupan sebelumnya.

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Rabu (11/9/2024) sore.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar mata uang Garuda ditutup pada level Rp15.402 per dolar AS, menguat sebesar 53 poin atau 0,34 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya.

Baca Juga: Rupiah Kembali Bekuk Dolar AS Pagi Ini

1. Rupiah menguat 32 poin di kurs referensi Bank Indonesia

Nilai tukar rupiah juga menguat terhadap dolar AS berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada perdagangan Rabu.

Berdasarkan data Jisdor, rupiah berada di level Rp15.415 per dolar AS, naik sebesar 32 poin dari penutupan Selasa (10/9/2024) yang berada di level Rp15.447 per dolar AS.

Baca Juga: Permintaan Naik Anggaran Tak Dikabulkan, Erick Thohir: Ini Cobaan

2. Dinamika pilpres AS ikut pengaruhi pelemahan dolar AS

Menurut Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, pasar saat ini berada dalam kondisi waspada menjelang rilis data inflasi Indeks Harga Konsumen (CPI) AS yang akan diumumkan pada Rabu ini.

Data tersebut menjadi faktor penting yang akan memengaruhi prospek kebijakan suku bunga The Fed. Diperkirakan, inflasi akan sedikit menurun pada Agustus yang akan menjadi pertimbangan utama bagi Federal Reserve dalam pertemuan mendatang.

Pengumuman data CPI terjadi hanya seminggu sebelum pertemuan Federal Reserve, di mana bank sentral AS diharapkan akan memangkas suku bunga setidaknya 25 basis poin.

Minggu lalu, ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih kecil, yakni 25 basis poin, menyebabkan gejolak di pasar saham, menyusul tanda-tanda bahwa ekonomi AS masih cukup tangguh.

"Selain itu, Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump berhadapan dalam debat sengit. Debat tersebut menimbulkan lebih banyak keraguan atas pemilihan Presiden 2024, dengan waktu kurang dari dua bulan tersisa hingga pemungutan suara," tuturnya.

Baca Juga: Wamen BUMN Ungkap Alasan Perombakan Direksi Bulog

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya