TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Prabowo Bakal Perbaiki Kebijakan Hilirisasi Jokowi

Perlu dilakukan sejumlah perbaikan

Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat menjalani tes pemeriksaan kesehatan sebagai capres-cawapres di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat (26/10/2023). (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Jakarta, IDN Times - Calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka bakal memperbaiki kebijakan hilirisasi nikel yang saat ini dijalankan Presiden Joko "Jokowi" Widodo.

Hal itu diungkapkan oleh Anggota Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Dradjad Wibowo. Pada intinya, hilirisasi nikel sudah terbukti memberikan nilai tambah, tinggal memperbaiki kekurangan yang ada.

"Memang perlu ada beberapa perbaikan, saya sepakat. Perlu ada standarisasi lingkungannya, saya sepakat. Perlu ada perbaikan di bidang rezim untuk insentifnya, saya sepakat. Pokoknya perbaikan-perbaikan itu sepakat, tapi the show must go on," kata dia dalam diskusi publik yang diselenggarakan CSIS Indonesia, Rabu (6/12/2023).

Baca Juga: Tim Anies Kritik Hilirisasi Nikel, TKN Prabowo Ungkap Warisan SBY

1. Indonesia memanfaatkan potensi cadangan nikel yang berlimpah

Aktivitas pertambangan nikel Hillcon (dok. Hillcon)

Dradjad mengatakan Indonesia memiliki potensi cadangan nikel terbesar di dunia. Menurutnya, itu yang mungkin mendasari pemerintah untuk mendorong hilirisasi nikel.

"Saya tidak ikut terlibat di dalam masalah (kebijakan hilirisasi nikel) ini. Cuman mungkin salah satu pertimbangannya adalah cadangan nikel kita terbesar di dunia, cadangan timah terbesar, dan seterusnya itu ada potensi," tuturnya.

Baca Juga: Tiga Kritik Pedas Tim Anies pada Kebijakan Hilirisasi Nikel Jokowi

2. TKN Prabowo pastikan pasar komoditi nikel masih ada

dok.Antam

Menurutnya, apapun kritik yang dialamatkan terhadap program hilirisasi nikel, kebijakan tersebut terbukti mampu berkontribusi terhadap surplus neraca perdagangan Indonesia.

Dia juga memastikan bahwa komoditas nikel masih memiliki pasar. Dengan kata lain, nikel yang produksi oleh Indonesia masih laku di pasaran.

Hal itu sekaligus menjawab pernyataan dari Co-Captain Tim Nasional Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN), Thomas Trikasih Lembong, yang menyebut dunia mulai menggunakan bahan baku alternatif untuk membuat baterai tanpa sentuhan nikel sedikitpun.

Dalam paparannya, Tom memproyeksikan baterai yang masih menggunakan bahan baku nikel tinggal 30 persen pada 2030, dari yang sebelumnya 60-70 persen.

"Kalau proyeksi itu benar, masih 40 persen yang memakai nickel based battery, yang lithium mungkin 40 persen, tapi 40 persen karena 30 persen yang di bawah, tambah 10 persen yang di atas. Jadi pasar masih ada di situ," jelas Dradjad.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya