Penyebab Raksasa Baja China Jiangsu Delong di Ambang Kebangkrutan
Disebut ada faktor Indonesia di dalamnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Jiangsu Delong Nickel Industry, salah satu pemain utama di industri baja tahan karat global, kini berada di ambang kebangkrutan.
Dilansir United Business Journal, perusahaan yang didirikan oleh Dai Guofang pada 2010 itu menghadapi kesulitan keuangan serius akibat berbagai faktor.
Dengan total kapasitas produksi mencapai 7,5 juta metrik ton di China dan Indonesia, Delong kini sedang berjuang untuk mempertahankan stabilitas di tengah tekanan finansial yang meningkat.
Lantas mengapa raksasa baja tahan karat China tersebut menghadapi kebangkrutan?
1. Ekspansi dan investasi secara agresif
Strategi ekspansi agresif Delong, terutama investasinya di Indonesia, telah berkontribusi pada situasi saat ini. Ketika sektor logam dan pertambangan di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan pesat, Delong berinvestasi besar-besaran di wilayah ini.
Namun, ekspansi disertai dengan meningkatnya biaya dan menurunnya harga bahan utama, seperti ferro-nikel.
Selain itu, salah satu masalah utama yang dihadapi Delong adalah kerugian keuangan yang diderita oleh usaha patungan Indonesia, di mana perusahaan memiliki 48 persen saham.
Usaha patungan itu melaporkan kerugian tahunan signifikan yang diperkirakan antara 1,8 hingga 2,2 miliar yuan akibat harga ferro-nikel yang menurun dan meningkatnya biaya bahan.
Tekanan keuangan diperburuk oleh pembekuan saham Delong di anak perusahaan yang bernilai lebih dari 4 miliar yuan oleh pengadilan China.
Baca Juga: Biden Berjanji Naikkan Tarif Impor Baja dari China