TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Jokowi Sanggah Bank Dunia yang Sebut Beras RI Termahal di ASEAN

Jokowi beri penjelasan

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono mendampingi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo meninjau Pasar Dukuh Kupang di Jalan Dukuh Kupang Barat Kecamatan Dukuh Pakis Surabaya, Jumat (20/9/2024). (Dok. Pemprov Jatim)

Intinya Sih...

  • Jokowi menegaskan harga beras sebaiknya dilihat dari harga konsumen, bukan FOB. 
  • Harga beras berkisar antara 530-600 dolar AS dengan tambahan biaya pengiriman sekitar 40 dolar AS. 
  • Bank Dunia menyebut harga beras di Indonesia paling tinggi di ASEAN, namun kesejahteraan petani rendah. 

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo menanggapi laporan Bank Dunia yang menyebut harga beras Indonesia sebagai yang tertinggi di ASEAN. Jokowi menegaskan dalam membandingkan harga beras, sebaiknya dilihat dari harga di tingkat konsumen.

Dia menjelaskan harga Free on Board (FOB) beras berkisar antara 530 hingga 600 dolar AS, dengan tambahan biaya pengiriman sekitar 40 dolar AS.

"Coba dihitung berapa? Jadi kalau membandingkan itu mestinya di konsumen, ya, itu akan kelihatan," kata Jokowi saat memberi keterangan pers di Kabupaten Paser, Kamis (26/9/2024).

Baca Juga: Data Bank Dunia: Harga Beras RI Tertinggi di ASEAN

1. Jokowi sebut harga beras mencerminkan harga gabah petani

Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengecek stok beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta Timur (Jaktim), Kamis (15/2/2024). (dok. Bapanas)

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan harga beras yang baik seharusnya mencerminkan harga gabah yang juga baik. Dia menjelaskan, jika harga gabah meningkat, maka hal tersebut seharusnya berdampak positif pada pendapatan petani.

"Kalau harga gabah baik, artinya harga jual petani juga mestinya baik kalau tidak ada distorsi di lapangan," paparnya.

Dia meminta agar harga gabah langsung dicek di lapangan dengan bertanya kepada para petani mengenai perbandingan harga saat ini dan sebelumnya.

Jokowi menekankan pentingnya melihat data di lapangan untuk memastikan kondisi tersebut, termasuk mengecek Nilai Tukar Petani (NTP) sebagai indikator kesejahteraan petani.

"Dicek saja di lapangan, dicek saja di petani, ditanya saja ke petani harga gabah berapa? Dulu berapa? Dulu hanya Rp4.200, sekarang Rp6.000," ungkapnya.

2. Pernyataan pejabat Bank Dunia soal mahalnya beras di Indonesia

Toko Beras Sumber Raya di Pasar Induk Beras Cipinang. (IDN Times/Trio Hamdani)

Bank Dunia atau World Bank membeberkan harga beras di Indonesia paling tinggi di kawasan Asia Tenggara atau ASEAN. Hal itu diungkapkan dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, Kamis (10/9/2024).

Country Director for Indonesia and Timor-Leste World Bank, Carolyn Turk mengatakan kondisi itu tak menggambarkan kesejahteraan petani di Indonesia. Meski harga beras tinggi, kesejahteraan petani di Indonesia sangat rendah.

“Konsumen di Indonesia telah membayar harga tinggi untuk beras. Harga eceran beras di Indonesia secara konsisten lebih tinggi dibandingkan negara-negara di ASEAN,” kata Carolyn.

Baca Juga: Bank Dunia Ramal Ekonomi RI Cerah, Rupiah Menguat Sore Ini

3. Pendapatan bersih petani di Indonesia hanya Rp15 ribuan per hari

Ilustrasi petani (Rizki/IDNTimes)

Tingginya harga beras tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil Survei Terpadu Pertanian tahun 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan petani kecil di Indonesia kurang dari 1 dolar Amerika Serikat (AS) per hari atau sekitar Rp15.199.

Selain itu, data BPS juga menunjukkan pendapatan tahunan para petani kecil hanya mencapai 341 dolar AS, atau setara dengan sekitar Rp5,2 juta per tahun.

“Pendapatan dari pertanian tanaman pangan khususnya beras jauh lebih rendah dibandingkan pendapatan dari tanaman perkebunan atau hortikultura,” tambah Carolyn.

Baca Juga: Indonesia Impor Beras 1,91 Miliar Dolar hingga Agustus

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya