Indonesia Waswas Investor Mulai Setop Investasi Energi Fosil
Padahal cadangan gas Indonesia masih berlimpah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Pemerintah waswas lantaran investor dan pemilik modal global mulai menyetop pembiayaan untuk eksplorasi dan eksploitasi bahan bakar fosil. Sementara, cadangan energi fosil Indonesia masih berlimpah sehingga terancam tak dapat dimanfaatkan.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji menyebut, Indonesia harus berani melakukan optimasi dalam memanfaatkan energi fosil yang masih berlimpah, sambil secara bertahap membangun kemandirian untuk menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT).
"Karena kalau saat ini kita langsung menerima tekanan dari barat, negara maju, menerima renewable (energi terbarukan), artinya itu high cost, dan kita belum memanfaatkan energi kita, energi fosil kita," kata dia dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Badan Legislasi (Baleg) DPR RI, Selasa (29/8/2023).
Baca Juga: Bahlil: Polusi Jakarta Tingggi karena Batu Bara dan Bahan Bakar Fosil
1. Indonesia masih menemukan cadangan gas raksasa
Dia mengatakan, akhir-akhir ini penemuan sumber daya migas di dalam negeri cukup banyak dalam bentuk gas. Misalnya, di Blok Andaman 1, 2, 3 di Sumatra bagian utara.
"Itu termasuk raksasa, besar dan yang sudah bor ditemukan itu di blok yang Andaman 2, oleh Harbour Energy bersama (perusahaan energi) BP dan Mubadala di sana, tentu besar, tidak kecil," ujar Tutuka.
Kemudian, terdapat cadangan gas di utara Bali dan utara Lombok yang menurut identifikasi ahli berdasarkan studi jumlahnya tidak kecil. Itu akan dieksplorasi oleh BP.
"Kemudian, kita tahu ada Blok Masela yang telah selesai permasalahan participating interest-nya. Jadi akan dikelola oleh INPEX, Pertamina Hulu Energi dan Petronas. Nah, itu juga besar, dan diperkirakan sebelum tahun 2030 mudah-mudahan sudah bisa ada first case, jumlahnya sangat besar, raksasa juga," tuturnya.
Blok gas di Teluk Bintuni oleh BP juga akan ada pengembangan eksplorasi dan diyakini akan menghasilkan gas yang cukup besar.
"Dan juga gas yang di selat Makassar, IDD (Indonesian Deepwater Development) oleh (perusahaan energi) ENI. Itu akan berproduksi dan menambah produksi, sekarang sudah produksi tapi karena diambil alih dari Chevron yang ke ENI akan dikembangkan lagi, dan itu akan besar juga," jelasnya.