TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BBM Biang Kerok Inflasi September, Begini Tanggapan Airlangga

Inflasi teredam berkat hortikultura

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sekaligus Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Airlangga Hartarto (dok. Youtube Kemenko Maritim dan Investasi)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto merespons peningkatan inflasi pada September yang diakibatkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), yakni Pertalite, Solar dan Pertamax pada 3 September 2022.

“Secara bulanan, inflasi September terutama disumbang oleh kenaikan harga bensin, tarif angkutan, dan solar. Namun demikian, tekanan inflasi masih bisa tertahan oleh penurunan harga aneka komoditas hortikultura seperti bawang merah dan aneka cabai," kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Senin (3/10/2022).

Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi September 2022 sebesar 1,17 persen adalah yang tertinggi sejak Desember 2014. Pada saat itu inflasi juga didorong dari penyesuaian harga bensin dan solar yang dilakukan pada 17 November 2014.

Baca Juga: Inflasi September Tembus 1,17 Persen, Tertinggi Sejak Desember 2014

Baca Juga: BPS: Impor Buah, Telur dan Daging Meningkat Tajam

1. Inflasi tarif angkutan kemungkinan masih akan berlanjut

ilustrasi tarif ojol (IDN Times/Aditya Pratama)

Inflasi pada komponen harga diatur pemerintah (administered prices) mengalami inflasi sebesar 6,18 persen (mtm) sehingga inflasi tahun kalendernya mencapai 11,99 persen (ytd) dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year-on-year/yoy) sebesar 13,28 persen. Bensin memberikan andil sebesar 0,89 persen, sedangkan solar memberikan andil 0,03 persen.

Dijelaskan lebih lanjut, penyesuaian harga BBM turut mendorong kenaikan harga pada berbagai tarif angkutan seperti tarif angkutan dalam kota (andil inflasi 0,09 persen), tarif angkutan antar kota (andil inflasi 0,03 persen), tarif angkutan roda 2 online (andil inflasi 0,02 persen) dan tarif angkutan roda 4 online (andil inflasi 0,01 persen).

“Inflasi tarif angkutan diperkirakan masih akan dirasakan pada bulan Oktober, melihat beberapa daerah belum melakukan penyesuaian tarif. Namun diharapkan dampaknya tidak akan terlalu besar, mempertimbangkan daerah mulai dapat menjalankan program pengendalian inflasi termasuk bantuan di sektor transportasi maupun logistik, dari penggunaan dana Belanja Tidak Terduga (BTT) maupun belanja wajib 2 persen Dana Transfer Umum (DTU),” ujar Airlangga.

2. Pemda diminta operasi pasar redam inflasi pangan

Ilustrasi Pasar (IDN Times/Besse Fadhilah)

Dijelaskan lebih lanjut, inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) tercatat mengalami deflasi sebesar 0,79 persen (mtm) atau 9,02 persen (yoy). Aneka komoditas hortikultura yang memberikan andil deflasi tertinggi yakni bawang merah, cabai merah dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,06 persen, 0,05 persen dan 0,02 persen.

Harga turun disebabkan oleh tercukupinya pasokan seiring masih berlangsungnya musim panen raya di berbagai daerah sentra produksi. Sedangkan beras masih mengalami kenaikan pada September dan memberikan andil inflasi 0,04 persen.

“Beras telah mengalami peningkatan dalam tiga bulan terakhir, sehingga diimbau bagi seluruh daerah untuk meningkatkan pelaksanaan operasi pasar maupun program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) berkoordinasi dengan Bulog setempat,” kata Ketum Golkar tersebut.

Baca Juga: 3 Skenario Pengendalian Inflasi dari Ganjar Pranowo, Apa Saja?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya