TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa Mata Uang Arab Saudi?

Yuk, kenalan dengan riyal

Layanan penukaran rupiah ke riyal di kantor cabang Bank Syariah Indonesia (BSI). (dok. BSI)

Intinya Sih...

  • Riyal Saudi (SAR) adalah mata uang resmi Arab Saudi, terdiri dari 100 halalas dan sering disimbolkan dengan SR.
  • Pada tahun 1952, riyal Saudi ditetapkan sebagai mata uang tunggal dengan sistem uang fiat yang dikeluarkan oleh Badan Moneter Arab Saudi.
  • Arab Saudi memiliki ekonomi yang sangat bergantung pada industri minyak dan gas, menjadi produsen minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Jakarta, IDN Times - Riyal Saudi yang disingkat SAR adalah mata uang resmi Arab Saudi. Mata uang tersebut terdiri dari 100 halalas dan sering disimbolkan dengan SR.

Mata uang tersebut telah memainkan peran penting dalam perekonomian Arab Saudi selama beberapa dekade. Dilansir Investopedia, berikut hal-hal yang perlu diketahui tentang riyal Saudi!

1. Sejarah dan perkembangan riyal Saudi

Ilustrasi uang riyal Arab Saudi (IDN Times/Sunariyah)

Kerajaan Arab Saudi dibentuk pada 1932 melalui penggabungan Kerajaan Hejaz dan Kesultanan Nejd. Pada awalnya, Arab Saudi menggunakan sistem moneter bimetal yang mengandalkan koin emas Inggris dan riyal perak.

Reformasi sistem moneter terjadi pada tahun 1952, yang menetapkan riyal Saudi sebagai mata uang tunggal, didukung oleh guinea emas Saudi yang setara dengan koin emas Inggris hingga tahun 1959.

Setelah itu, Arab Saudi beralih ke sistem uang fiat yang dikeluarkan oleh Badan Moneter Arab Saudi, yang berfungsi sebagai bank sentral negara tersebut.

Pada tahun 2007, spekulasi terhadap riyal mencapai puncaknya dalam 20 tahun terakhir ketika Federal Reserve AS menurunkan suku bunga sebagai respons terhadap Resesi Hebat.

Namun, Bank Sentral Saudi memilih untuk tidak mengikuti langkah tersebut untuk menghindari hiperinflasi, dan tetap mempertahankan kurs tetap 3,75 SAR per dolar.

Baca Juga: 1 Riyal Berapa Rupiah? Cek Kurs Terbarunya di Sini

2. Gambaran tentang ekonomi Arab Saudi

Saudi Aramco (aramco.com)

Arab Saudi memiliki ekonomi yang sangat bergantung pada industri minyak dan gas. Pada 2020, negara tersebut memproduksi sekitar 12,44 juta barel minyak per hari, yang menyumbang 13 persen dari total produksi dunia.

Arab Saudi bersaing dengan Rusia sebagai produsen minyak terbesar hingga 2018, sebelum Amerika Serikat mengambil alih posisi teratas.

Meskipun demikian, Arab Saudi tetap menjadi pengekspor minyak terbesar di dunia dengan cadangan minyak terbukti sekitar 267 juta barel dan biaya produksi yang relatif rendah, memastikan posisinya sebagai salah satu produsen minyak utama untuk masa mendatang.

Industri minyak dan gas di negara tersebut dikuasai oleh Saudi Aramco, yang dikendalikan oleh Kementerian Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi serta Dewan Tertinggi Perminyakan dan Mineral. Meskipun sebagian besar sahamnya dimiliki oleh negara, Saudi Aramco melakukan penawaran umum perdana (IPO) sebesar 1,5 persen pada Desember 2019.

Sementara Amerika Serikat menghasilkan 21 persen dari minyak dunia, Arab Saudi memproduksi 13 persen, menjadikannya produsen minyak terbesar kedua.

Meski perusahaan minyak internasional tidak terlibat langsung dalam produksi minyak di Arab Saudi, mereka bekerja sama dengan Saudi Aramco dalam kilang dan pabrik petrokimia melalui usaha patungan, termasuk perusahaan seperti ExxonMobil, Sumitomo Chemical Co., Total S.A., dan Royal Dutch Shell PLC.

Baca Juga: Intel Saudi Awasi Akun di Indonesia yang Jual Haji Tanpa Visa Resmi 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya