200 Ribu Pekerja Gantungkan Nasib di Industri Batik
Pemerintah upayakan pelestarian batik
Jakarta, IDN Times - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat saat ini ada 201 sentra industri batik yang tersebar di 11 provinsi di Indonesia. Total, terdapat 5.946 industri batik yang beroperasi di sentra-sentra tersebut.
Jawa Tengah menjadi provinsi dengan sentra terbanyak, yaitu 72, diikuti Jawa Timur dengan 62 sentra dan DIY dengan 23 sentra. Jawa Barat memiliki 16 sentra.
Di luar Jawa, Jambi memiliki 20 sentra, sedangkan DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Bali, dan Sulawesi Tengah masing-masing memiliki 1 hingga 2 sentra.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Reni Yanita menegaskan pentingnya pelestarian industri batik di Indonesia, terlebih ada hampir 200 ribu tenaga kerja yang menggantungkan nasibnya di industri tersebut.
"Bisa dibayangkan ketika kita tidak melakukan pelestarian batik ini, jadi ada 5.946 industri kecil menengah dan ada 200 ribu tenaga kerja, serta ada 200 sentra yang tidak berlangsung, ataupun pelan-pelan akan kehilangan sumber daya, kehilangan mata pencaharian," kata Reni di Jakarta, Kamis (26/9/2024).
1. Pemerintah dorong industri batik lewat berbagai program strategis
Pemerintah mendorong pengembangan industri batik lewat berbagai program strategis, salah satunya pemberian bantuan peralatan dan mesin kepada sentra-sentra industri batik secara gratis atau dalam bentuk hibah. Namun, bantuan untuk pengrajin perorangan terbatas pada penggantian alat.
"Nah, ketika dia sentra, itu memungkinkan Kementerian Perindustrian melakukan fasilitasi dari peralatan mesinnya. Itu bisa gratis," ujarnya.
Program lainnya mencakup penyusunan buku seperti "Mengenal Industri Batik Ramah Lingkungan" (2022) dan "Batik Berkelanjutan: Rantai Pasok Industri 4.0" (2024) untuk meningkatkan kesadaran tentang keberlanjutan batik.
Fasilitasi Indikasi Geografis (IG) turut mendukung perlindungan batik daerah. Kemenperin juga mendorong wirausaha baru (WUB) melalui program seperti Santripreneur di Lembaga Pemasyarakatan.
Untuk efisiensi, diterapkan teknologi Industri 4.0, seperti ERP, serta dilakukan pembangunan dan revitalisasi sentra IKM. Program restrukturisasi mesin dan pengembangan SDM lewat bimbingan teknis dan seminar juga diperkuat.
Kemudian, promosi batik dilakukan lewat pameran seperti E-Smart IKM, BBI, Hari Batik Nasional, dan Gelar Batik Nusantara.
Baca Juga: 46.240 Pekerja Kena PHK, Terbanyak di Jawa Tengah