TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Komoditas Hilirisasi dari Bidang Perhutanan, Apa Saja?

#HilirisasiUntukNegeri Bukan hanya dari hasil pertambangan

Ilustrasi hutan Indonesia (pixabay.com/Syahdannugraha)

Istilah hilirisasi kerap digaungkan beberapa tahun ini, apa itu hilirisasi? Hilirisasi menggambarkan proses pengolahan bahan mentah menjadi barang yang bernilai jual berkali lipat. Sebenarnya hilirisasi sudah familiar di sekitar kita, misalnya pengolahan kakao menjadi cokelat. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia mempunyai sumber daya alam melimpah. Keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam di Indonesia tampak jelas sejak pelarangan ekspor nikel mentah. Tina Talisa, Staf Khusus Kementerian Investasi, dalam webinar yang digelar #Kementerianinvestasi/BKPM bersama IDN Times menjelaskan upaya hilirisasi bersifat berkelanjutan apabila dapat menciptakan transformasi ekonomi, menambah jumlah lapangan pekerjaan, serta lingkungan tetap terjaga.

Larangan ekspor nikel dan usaha mengolahnya menjadi baterai di Indonesia menjadi tonggak awal hilirisasi. Kementerian Investasi/ Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merancang peta jalan hilirisasi tahun 2040 terbagi delapan sektor terdiri atas 21 komoditas. Bukan hanya nikel saja, delapan sektor tersebut meliputi mineral, batu bara, minyak, gas bumi, perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan.

Lantas, komoditas apa saja yang tergabung sektor kehutanan? Bagaimana hasil olahnya dari sektor kehutanan? Yuk, kita kaji bersama-sama.

Baca Juga: 3 Komoditas Subsektor Perkebunan yang Didorong untuk Hilirisasi

1. Kayu log

Ilustrasi kayu log (pexels.com/Rodion Kutsaiev)

Kayu log atau kayu bulat adalah salah satu komoditas yang tidak diperbolehkan lagi diekspor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku dan menyokong hilirisasi. Pasalnya, nilai jual kayu log mentah lebih rendah dibandingkan produk yang telah diolah. Studi dalam jurnal Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan menyebutkan lima jenis kayu bulat dengan produksi terbesar di Indonesia antara lain kayu akasia, kelompok rimba campuran (ekaliptus), kelompok meranti (Keruing, meranti merah, merbau), kelompok kayu indah (jati), serta kelompok eboni.

Produk hilirisasi dari pengolahan kayu bulat yaitu plup (bubur kertas), serpih kayu, kayu gergajian, kayu lapis, serta furnitur. Tak mengherankan apabila kayu akasia menjadi kayu bulat primadona. Jenis kayu ini bisa diolah menjadi serpihan kayu, plup, bahkan bahan wangi-wangian.

Baca Juga: 5 Komoditas Laut Ini Jadi Prioritas Hilirisasi, Sudah Tahu?

2. Getah kayu pinus

Ilustrasi getah kayu pinus (pixabay.com/NickWindsor)

Getah kayu pinus termasuk golongan hilirisasi hasil hutan bukan kayu (HHBK). Pohon pinus melewati proses penyadapan dan diolah menjadi gondorukem (70 sampai 75 persen) dan terpentin (20 hingga 25 persen). Buku berjudul Industri Kimia Indonesia menjelaskan gambaran gondorukem berupa padatan berwarna kuning, sedangkan terpentin berwujud cair dan jernih. Gondorukem dimanfaatkan sebagai bahan tambahan industri, farmasi, dan kosmetik. Di sisi lain, terpentin digunakan untuk bahan pelarut cat dan campuran bahan kimia.

Baca Juga: #BKPM Banyak Manfaatnya, Begini 5 Dampak Baik dari Upaya Hilirisasi

Verified Writer

Septin SLD

Bukan anak sastra, tapi kadang suka nulis saja

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya