TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

TikTok Jadi Pengendali Tokopedia, Investasi Telkom Dipertanyakan

GOTO rugi Rp88,05 triliun setelah lepas Tokopedia ke TikTok

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) resmi IPO di BEI pada Senin (11/4/2022). (dok. GoTo)

Jakarta, IDN Times - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) diketahui menelan kerugian pasca melepas saham Tokopedia ke TikTok. Hal itu kemudian jadi sorotan dari Ekonom sekaligus Pemerhati Pasar Modal, Yanuar Rizky.

Yanuar mengatakan, pencatatan rugi non-operasional Goto hingga Rp80 triliunan membuat investasi Telkom di perusahaan patungan Gojek dan Tokopedia itu dipertanyakan.

“Karena Tiktok begitu dia mengambil Tokopedia, dia selisih positif. Dia mencatatkan goodwill. Nah goodwill-nya kan dicatatkan negatif di Gojek yang melepas gitu. Yang positif kan Tiktok. Jadi tidak ada duitnya memang. Memang hanya Tiktok lebih besar dari Goodwill-nya,” kata Yanuar, dikutip Rabu (7/2/2024).

Baca Juga: Mundur dari Telkom dan Dukung Ganjar, Segini Kekayaan Abdee Slank

1. Investasi Telkom di GoTo jadi sorotan

Kantor pusat Kementerian BUMN. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Adapun yang menjadi perhatian serius Yanuar adalah Telkom selaku Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membenamkan investasi di GoTo.

Investasi Telkom melalui anak usahanya Telkomsel sudah dimulai sejak pra IPO GoTo. Angan-angannya saat itu adalah Telkom atau Telkomsel ketiban untung saat ‘berkongsi’ lewat investasi yang ada pada GoTo, tapi kenyataannya saat ini tidak demikian. 
 
“Waktu Telkom via Telkomsel digiring masuk di pra-IPO GoTo, skemanya adalah Perusahaan Ekosistem Digital. Itu pembenaran, setidaknya diutarakan Dirut Telkom di RDPU Panja GoTo-Telkom di Komisi 6 DPR,” ujar Yanuar. Senior Auditor di Bursa Efek Jakarta--kini bernama Bursa Efek Indonesia (BEI).

Yanuar menambahkan, ekonomi digital yang dimaksud itu adalah membangun jaringan infrastruktur teknologi untuk mendorong rakyat masuk dalam sistem nilai tambah industri.

2. Niat startup IPO hanya jualan valuasi

Ilustrasi IPO (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut Yanuar, yang juga kini menjadi Senior Auditor di Bursa Efek Indonesia (BEI), banyak startup atau perusahaan teknologi seperti GoTo yang ingin melantai di bursa dengan hanya berjualan valuasi.

Yanuar pun meminta publik mengkritisi hal ini sebab ada kontribusi perusahaan negara yang menyuntik triliunan rupiah ke perusahaan startup seperti GoTo dan masih rugi. 

“Apa penjelasannya kalo gini uang BUMN malah off-side di mainan gorengan saham, bukan sebagai agent of development mengangkat masalah kemiskinan struktural rakyatnya,” kata Yanuar.

Baca Juga: IHSG Sepekan: GOTO-BRIS Paling Diincar Investor!

3. Kinerja GoTo tidak tampak ke publik dengan jelas

IDN Times/Dok.GoTo

Yanuar mengungkapkan, kinerja perusahaan GoTo tidak tergambarkan kepada publik seutuhnya. Bisnis sesungguhnya sejak GoTo berkeinginan melantai di bursa, sambung Yanuar, seakan hanyalah bisnis jualan saham dan bukan berdasarkan apa yang dibaca dari keuntungan bisnis perusahaan tersebut. 

“Kalau mainan valuasi, ya ini bisnisnya jualan saham dengan harga digoreng pakai aksi korporasi, bukan dari dividen keuntungan bisnisnya. Bisa kita uji inkonsistensi berpikirnya, waktu Pra IPO revaluasi Goodwill sesuai PSAK 22 dilakukan dengan merger Gojek dan Tokopedia sehingga ada Goodwill,” kata dia. 

“Karena, setelah dimerger (Gojek-Tokopedia), sekarang dilepas lagi ke Tiktok. Tiktok lah yang dalam posisi revaluasi. Jadi, investasi Tiktok karena revaluasi. Buktinya dilusi saham GoTo di Tiktok. Jadi, ini makin menunjukkan ekonomi digital yang dimaksud, adalah bisnis jualan saham bukan membangun ekosistem (digital) dan posisi pemegang saham GoTo dan uang BUMN Telkom via Telkomsel beli mahal yang ada di sini dalam posisi unsecure,” sambung Yanuar.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya