TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Atasi Kesenjangan Pendanaan Berbasis Gender, RI Dukung Orange Bond

Orange Bond hadir sejalan dengan SDGs

Ilustrasi obligasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Intinya Sih...

  • Pemerintah Indonesia memperkenalkan obligasi oranye atau Orange Bond untuk mendukung pembiayaan berazaskan pemberdayaan dan kesetaraan gender.
  • Orange Bond sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama poin lima tentang kesetaraan gender.
  • Orange Bond bertujuan menutup celah kesenjangan pembiayaan berkelanjutan yang mencapai Rp24 triliun, serta mengatasi kesenjangan gender dan dampak perubahan iklim.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Indonesia memperkenalkan obligasi oranye atau Orange Bond guna mendukung terciptanya pembiayaan berazaskan pemberdayaan dan kesetaraan gender. Instrumen keuangan baru tersebut diharapkan mampu mengumpulkan dana hingga 1 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2025.

Orange Bond merupakan jenis obligasi yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama poin lima tentang kesetaraan gender.

Koordinator Ahli Sekretariat Nasional Implementasi SDGs Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Yanuar Nugroho mengatakan, pembiayaan inovatif seperti Orange Bond diperlukan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, sekaligus mendukung ambisi menjadi negara maju pada 2045.

Selain itu, inovasi pembiayaan itu juga bertujuan menutup celah kesenjangan pembiayaan berkelanjutan yang mencapai Rp24 triliun.

"Kesenjangan pembiayaan SDGs mencapai Rp24 ribu triliun pada tahun 2030 pascapandemi sehingga diperlukan berbagai instrumen pendanaan inovatif, karena upaya pemerintah saja tidak mencukupi," katanya kepada awak media, di Jakarta, Rabu (10/7/2024).

Baca Juga: Kekerasan Gender dalam Pemilu 2024 Merusak Integritas Demokrasi RI

1. Peran Orange Bond

Ilustrasi UMKM. (Dok. Istimewa)

Yanuar menambahkan, peran sektor swasta dan instrumen keuangan inovatif seperti Orange Bond menjadi krusial dalam mengisi kekurangan pembiayaan yang ada.

Di sisi lain, Orange Bond juga hadir untuk mengatasi kesenjangan gender dan dampak perubahan iklim dengan mengintegrasikan prinsip keuangan berkelanjutan ke dalam pasar modal.

Orange Bond tidak hanya menawarkan solusi pembiayaan yang inovatif, tetapi mempromosikan inklusi sosial dan ekonomi dengan memberikan akses keuangan yang lebih besar bagi perempuan dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan.

Berbeda dengan obligasi keberlanjutan tradisional yang berfokus terutama pada inisiatif ramah lingkungan, Orange Bond secara unik mengatasi titik temu antara hasil dampak sosial dan lingkungan serta meningkatkan transparansi dalam ekosistem.

"Hal ini penting mengingat kesenjangan gender di pasar keuangan Indonesia menghambat akses perempuan terhadap keuangan dan peluang ekonomi. Dengan meningkatnya dampak perubahan iklim, perempuan seringkali menjadi yang paling terdampak, baik dari segi ekonomi maupun sosial," tutur Yanuar.

Baca Juga: Bank DKI Dukung Pembiayaan Transportasi Ramah Lingkungan Transjakarta

2. Dukungan dunia internasional atas Orange Bond

Ilustrasi Obligasi/Surat Berharga. (IDN Times/Aditya Pratama)

Orange Bond Initiative (OBI) dipimpin oleh Komite Pengarah Global yang terdiri dari ANZ, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT), IIX, Nuveen, Badan Keuangan Pembangunan Internasional (DFC) AS, dan Water.org.

Adapun studi kelayakan mengenai pengenalan Orange Bond di Indonesia didukung oleh Ford Foundation. Hal itu menegaskan kembali kepemimpinan Indonesia dalam keuangan berkelanjutan dan menyoroti peluang serta rekomendasi untuk memperkenalkan Orange Bonds dalam mendukung pembangunan bangsa yang inklusif dan SDG.

Studi itu mengangkat tantangan identifikasi dan transparansi proyek dalam obligasi tematik yang ada saat ini, seperti Obligasi Hijau dan Sukuk Hijau. Selain itu, dukungan pembiayaan obligasi tematik untuk ekosistem Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih terbatas.

CEO dan Pendiri IIX, Durreen Shahnaz menyatakan, pihaknya antusias untuk bermitra dengan Ford Foundation dan badan-badan pemerintahan Indonesia untuk berupaya membangun Orange Movement di negara ini.

"Kami berharap dapat menciptakan ekosistem yang setara gender dan berketahanan iklim untuk membantu Indonesia mencapai agenda SDG dengan memanfaatkan potensi Orange Bonds, memperjuangkan keuangan berkelanjutan, dan mendukung perempuan di garis terdepan," kata dia.

Baca Juga: Bisnis Pembiayaan Emas BSI Naik 30 Persen, Tembus Rp8,05 Triliun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya