TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Asumsi Rupiah Rp16.100 per Dolar AS di 2025, Chatib Basri: Masuk Akal

Pemerintahan baru perlu waspadai kebijakan The Fed

Mantan Menkeu dan ekonom M Chatib Basri (YouTube IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah telah menyusun sejumlah kerangka ekonomi makro di dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2025. Salah satunya adalah laju nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang dirancang pada level Rp16.100 per dolar AS.

Ekonom sekaligus mantan Menteri Keuangan (Menkeu) RI, Chatib Basri menyatakan, hal tersebut sebagai target yang masuk akal ditetapkan oleh pemerintah.

"Saya setuju ya karena kalau dilihat rupiah per hari ini (Jumat) di Rp15.600, tapi kan menurut saya pasar itu terlalu euforia ya. Jadi mungkin nanti kalau the Fed menurunkan bunga tidak seperti ekspektasi pasar, rupiahnya bisa mengalami pelemahan lagi, jadi angka Rp16.100 saya kira itu sensible," tutur Chatib dalam program Ngobrol Seru IDN Times, dikutip Minggu (18/8/2024).

1. Antisipasi suku bunga the Fed

Ketua the Fed Jerome Powell (YouTube the Fed)

Chatib juga menjelaskan peran suku bunga Bank Sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) yang bisa memengaruhi kurs rupiah terhadap mata uang Negeri Paman Sam tahun depan.

Menurut Chatib, pemerintahan baru Indonesia yang dipimpin oleh Prabowo Subianto pada tahun depan perlu mengantisipasi kemungkinan naiknya suku bunga the Fed di tengah gejolak politik AS.

"Siapapun yang jadi presiden Amerika, apakah Kamala atau Trump, itu defisit anggaran di Amerika akan naik. Kalau Kamala dia melalui spending-nya, kalau Trump itu dengan menurunkan pajak, jadi pasti defisit. Nah kalau defisitnya naik, berarti kan pemerintah Amerika harus membiayai melalui utang. Utang itu, artinya mengeluarkan obligasi, jadi suplai obligasinya akan naik, harga obligasi turun maka yield-nya akan naik," tutur Chatib.

Baca Juga: Jelang HUT RI ke-79, Rupiah Tekuk Dolar AS di Penutupan

2. Tingkat suku bunga di AS juga akan tinggi

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Dalam kondisi tersebut, Chatib mengingatkan bahwa suku bunga di AS juga akan tinggi. Oleh karena itu, target suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) tahun depan harus bisa menyesuaikan dengan kondisi tersebut.

"Dalam kondisi seperti ini maka cost of fund, tingkat bunga seluruh dunia itu akan tinggi, termasuk di Amerika Serikat sendiri. Jadi kalau tadi angkanya di 6,8-6,9 persen, ya saya kira itu sensible untuk mengantisipasi kondisi seperti ini," kata Chatib.

Adapun di dalam RAPBN 2025, pemerintah merancang suku bunga SBN 10 tahun berada di 7,1 persen.

Baca Juga: Daftar Lengkap Asumsi Makro-Target Ekonomi di Tahun Pertama Prabowo

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya