5 Rekomendasi Saham untuk Trading Pekan Ini, Yuk Catat!
Ayo sambut cuan pekan ini!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup negatif di level 6.939 atau terkoreksi minus 0,8 persen pada akhir perdagangan pekan lalu. Menurut Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani, ada sejumlah sektor yang menjadi penopang dan pengganggu laju IHSG akhir pekan lalu.
Dimas mengatakan, IHSG pekan lalu lalu ditopang sektor consumer non-cyclical karena emiten CPIN dan JPFA yang naik 9 persen dan 8 persen serta sektor teknologi, karena DMMX sanggup naik 10 persen dalam seminggu dan 69 persen dalam sebulan terakhir.
"Hal ini bertentangan dengan sentimen negatif yang ada karena afiliasinya sedang ramai diberitakan terkait Kresna Life," ujar Dimas dalam pernyataan resmi yang diterima IDN Times, Selasa (3/10/2023).
Sementara itu, sektor yang menahan laju IHSG datang dari sektor basic materials, seperti BRPT yang justru turun pada saat bursa karbon diresmikan. Selain itu, juga sektor Healthcare yang belum memperlihatkan adanya sentimen terbaru setelah RUU Kesehatan lalu.
"Hingga saat ini belum ada tanda-tanda uptrend untuk sektor kesehatan," kata Dimas.
Baca Juga: IHSG Dibuka Melemah, 15 Saham Ini Justru Tetap di Zona Hijau
1. Ada tiga sentimen yang memengaruhi laju IHSG pekan lalu
Selain itu, ada tiga sentimen yang memengaruhi laju IHSG pekan lalu. Ketiga sentimen tersebut adalah bursa karbon, yield obligasi berjangka 10 tahun Amerika Serikat (AS) yang naik, dan Core Personal Consumption Expenditure (PCE) MoM.
Terkait sentimen bursa karbon, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dipilih OJK untuk menjadi pihak penyelanggaranya pada Selasa, 26 September 2023. Namun, pada waktu tersebut, semua saham yang terkait sentimen positif bursa karbon ini justru menurun seperti BRPT, PGEO, KEEN dan ARKO.
"Tampaknya news ini dijadikan ajang jualan bagi para market movers saham tersebut atau sell on news, meskipun secara overall trend saham tersebut masih uptrend dalam satu bulan terakhir," ucap Dimas.
Sementara itu terkait sentimen yield obligasi berjangka 10 tahun AS yang naik, hal itu merupakan level tertinggi dalam 15 tahun terakhir, yakni berada di level 4,54 persen. Level tertinggi yield obligasi berjangka 10 tahun AS terakhir terjadi pada 2007, yakni 4,57 persen.
Kemudian sentimen terakhir pada minggu lalu adalah Core PCE MoM yang merupakan indikator The Fed untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat inflasi.
Lewat indikator tersebut, The Fed tidak memasukkan harga makanan dan energi dalam perhitungannya sehingga menggambarkan pengeluaran konsumsi yang lebih akurat.
Editor’s picks
"Secara bulanan Core PCE naik 0,1 persen (kenaikan terendah sejak November 2020) yang lebih rendah dari consensus-nya sekaligus bulan sebelumnya yaitu 0,2 persen," kata Dimas.