TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sritex, Perusahaan Tekstil Terbesar di ASEAN Bantah Terancam Bangkrut

Namun penjualan turun drastis

PT Rejeki Isman Tbk atau Sritex (Instagram Sritex)

Intinya Sih...

  • PT Sritex membantah kabar pailit dan bangkrut, masih beroperasi dan telah memohon relaksasi dari kreditur.
  • Penjualan turun 38% pada 2023, namun rugi bersih naik 44%, dipengaruhi penurunan permintaan global dan domestik.

Jakarta, IDN Times - Perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara alias ASEAN, PT Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex membantah kabar pailit dan terancam bangkrut.

"Tidak benar karena perseroan masih operasi dan tidak ada putusan pailit pengadilan," kata Direktur Keuangan Sritex, Welly Salam dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (25/6/2024).

Dia menyatakan, perseroan juga telah memohon relaksasi dari kreditur. Menurutnya, mayoritas kreditur sudah memberikan persetujuan atas relaksasi tersebut.

Baca Juga: Menperin Pelajari Isu Kebangkrutan Sritex

1. Penjualan Sritex turun drastis pada 2023

Pabrik Sritex (Instagram Sritex)

Kendati demikian, penjualan perseroan pada tahun lalu turun drastis. Tercatat penjualan konsolidasi sepanjang 2023 sebesar 325 juta dolar AS, merosot 38 persen dibandingkan 2022.

Namun rugi bersih mengalami perbaikan sebesar 44 persen, menyusut menjadi 174,8 juta dolar AS pada 2023 dari tahun sebelumnya sebesar 395,6 juta dolar AS.

Adapun penyebab menurunnya penjualan karena terdampak menyusutnya permintaan di tingkat global maupun domestik. Di tingkat global terjadi penurunan penjualan yang hampir merata, baik di Kawasan Eropa, Asia, Amerika Serikat dan Amerika Latin, Uni Emirat Arab (UAE), dan Afrika.

Dampak makro ekonomi seperti suku bunga dan inflasi tinggi serta kondisi geopolitik terkait perang Rusia-Ukraina serta perang Israel-Palestina menyebabkan penurunan tingkat permintaan, di mana masyarakat global lebih mengutamakan kebutuhan pangan dan energi.

Selain itu, jalur pengiriman juga mengalami gangguan karena biaya pengiriman meningkat akibat jarak tempuh lebih jauh untuk menghindari Terusan Suez.

Baca Juga: Daftar Perusahaan Tekstil yang PHK Karyawan di 2024

2. Evaluasi terhadap strategi perusahaan

Pabrik Sritex di Sidoarjo (Instagram Sritex)

Melihat kondisi tersebut, Sritex melakukan perubahan strategi untuk memperbesar porsi penjualan domestik. Namun, hal itu terganggu oleh maraknya kegiatan impor pakaian ilegal, yang harganya lebih murah karena tidak membayar pajak.

Welly menuturkan, inflasi global pada tahun ini diperkirakan masih belum akan kembali ke periode pre-Covid dan perekonomian global diperkirakan masih mengalami tekanan. Begitu pula dengan situasi geopolitik belum akan membaik.

Oleh karena itu, perseroan akan melakukan review dan evaluasi secara berkala atas strategi perseroan untuk memastikan adaptasi yang efektif terhadap perubahan-perubahan kondisi makro dan mikro ekonomi serta geopolitik.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya