TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Siapa Pemilik Sritex? Raksasa Tekstil RI yang Bantah Bangkrut

Perusahaan tekstil yang didirikan H.M Lukminto di Solo

PT Rejeki Isman Tbk atau Sritex (Instagram Sritex)

Intinya Sih...

  • Sritex membantah kabar pailit dan tetap beroperasi meski kinerja keuangan menurun serta melakukan PHK.
  • Sritex didirikan oleh H.M Lukminto pada 1966, mencatatkan saham di BEI pada 2013, dan mengalami penurunan kinerja akibat pandemik COVID-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Jakarta, IDN Times - PT Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex sempat menjadi sorotan setelah beredar kabar pailit dan di ambang kebangkrutan. Namun Sritex membantah kabar tersebut.

Meski kinerja keuangan turun dan telah melakuan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan, namun raksasa tekstil di Indonesia itu masih beroperasi hingga saat ini.

"Tidak benar karena perseroan masih operasi dan tidak ada putusan pailit pengadilan," kata Direktur Keuangan Sritex, Welly Salam dalam keterangannya, beberapa waktu lalu.

1. Siapa pemilik Sritex?

Komisaris Utama PT Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex, Iwan Setiawan Lukminto (Dok Sriitex)

Sritex awalnya dimiliki sepenuhnya oleh pendirinya, yakni H.M Lukminto. Namun setelah perusahaan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2013, kepemilikannya berubah. Lukminto tidak lagi menjadi pemegang saham pengendali.

Dikutip dari data BEI, pemilik mayoritas saham perusahaan saat ini adalah PT Huddleston Indonesia, dengan porsi saham mencapai 59,03 persen. Sementara publik mengantngi 39,89 persen saham, dan anak-anak H.M Lukminto masing-masing memiliki saham kurang dari 1 persen.

Adapun Iwan Kurniawan Lukminto saat ini menjabat direktur Utama. Sedangkan kakaknya atau putra sulung H.M Lukminto, yakni Iwan Setiawan Lukminto sebagai komisaris Utama.

Pada 2020 lalu, Iwan Setiawan Lukminto masuk dalam daftar 50 orang terkaya versi Forbes. Dia berada di peringkat 49, dengan kekayaan mencapai 515 juta dolar AS.

2. Sejarah Sritex

Gedung PT Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex (Dok Sritex)

Dikutip dari laman resmi perseroan, Sritex didirikan oleh H.M Lukmito sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo pada 1966. Dua tahun kemudian atau pada 1968, Sritex membuka pabrik cetak pertama di Solo. Pabrik ini menghasikan kain putih dan berwarna.

Kemudian pada 1978, Sritex terdaftar sebagai perseroan terbatas (PT) di Kementerian Perdagangan. Selanjutnya, peseroan mendirikan pabrik tenun pertama pada 1982.

Sepuluh tahun kemudian atau pada 1992, Sritex memperluas pabrik dengan empat lini produksi, yakni pemintalan, penenunan, sentuhan akhir, dan busana dalam satu atap. Pada 1994, Sritex menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan tantara Jerman.

Sritex pada 2013 mencatatkan saham perdana di BEI, dengan kode SRIL. Setelahnya, perseroan mencapai masa kejayaan, dengan banyak pelangan internasional, dan meraih sejumlah penghargaan. Namun kinerjanya memburuk, terutama akibat pandemik COVID-19, dan perang antara Rusia-Ukraina.

Sritex baru-baru ini mengakui mengalami penurunan kinerja keuangan, dan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan karyawan. Kendati demikian, manajemen membantah tengah di ambang kebangkrutan karena perusahaan hingga saat ini masih beroperasi.

Baca Juga: Sritex, Perusahaan Tekstil Terbesar di ASEAN Bantah Terancam Bangkrut

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya