TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sri Mulyani Ungkap 4 Isu yang Jadi Tantangan Ekonomi Global di 2022

Perekonomian global di 2022 akan menghadapi banyak tantangan

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati (dok. Youtube PerekonomianRI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi ekonomi global pada 2022 tidak akan lebih baik daripada 2021. Kondisi tersebut terjadi karena adanya ketidakpastian, terutama di negara maju dan adanya dampak inflasi yang cukup tinggi.

"Maka kita lihat outlook 2022 untuk global ekonomi tidak sebaik seperti tahun 2021, ini kita perlu waspadai. Berarti outlook pertumbuhan ekonomi 2022 secara global lebih rendah," kata Sri Mulyani dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenges, Rabu (15/12/2021).

Ada 4 sebab dan isu kenapa pertumbuhan ekonomi pada 2022 global bakal lebih berat.

Baca Juga: Sri Mulyani: Presiden Minta Orang RI 'Buang Uang' di Dalam Negeri

Baca Juga: Pengemplang Pajak Dikenai Sanksi, Sri Mulyani: Kalau Tidak Jadi Tuman

1. Inflasi hingga masalah moneter di AS dan Eropa

Presiden Amerika Serikat Joe Biden di East Las Vegas Community Center di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, Jumat (9/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Isu pertama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di 2022 lebih sulit adalah inflasi yang terjadi AS. Sri Mulyani menyebut dengan inflasi tinggi, AS akan melakukan tapering lebih dini dan lebih cepat dan berdampak ke seluruh dunia.

"Demikian juga di Eropa di mana bank sentral akan dihadapkan pada opsi untuk melakukan pengananan inflasi melalui pengetatan moneter," ucapnya.

2. China dan sejumlah kebijakan dan masalahnya yang berpengaruh pada ekonomi dunia

Seorang pria membawa bendera China dari sebuah rumah di seberang Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Chengdu, Provinsi Sichuan, China, Minggu (26/7/2020). (ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter)

Isu kedua berasal dari China. Negari Tirai Bambu ini masih punya masalah dengan perusahaan properti China, Evergrande hingga kebijakan green economy mereka yang memberhentikan pembiayaan di bidang batu bara.

"Di sisi lain di China terjadi adjustment yang cukup memberikan dampak kepada regional maupun global," ujar perempuan yang akrab disapa Ani ini.

3. Masalah suplai dunia

Ilustrasi Ekspor (IDN Times/Aditya Pratama)

Selanjutnya adalah masalah distrupsi suplai yang memberikan dampak pada inflasi dunia. Ani bilang distrupsi ini bisa karena transportasi dan distribusi seperti masalah pengiriman dan kontainer.

"Maupun distruption karena labour supply tidak secepat meningkat dengan permintaan yang sekarang melonjak setelah terjadi normalisasi," ucapnya.

Baca Juga: Jokowi Yakin Sirkuit Mandalika Bisa Jadi Titik Perekonomian Baru

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya