TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Transisi Energi Solusi Penuhi Target Zero Emisi

PLN lakukan berbagai upaya untuk transisi energi

PT PLN (Persero) akan memamerkan 8 (delapan) upaya perseroan guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060 dalam State-owned Enterprises (SOE) International Conference pada 17-18 Oktober mendatang. (Dok. PLN)

Jakarta, IDN Times - Indonesia perlahan tengah memasuki fase transisi energi untuk lebih menghasilkan energi terbarukan yang ramah lingkungan dan zero emisi atau nol karbon.

Transisi energi ke energi yang lebih ramah lingkungan akan memberi dampak yang cukup signifikan untuk kehidupan lebih baik. Salah satunya dengan munculnya berbagai lapangan pekerjaan.

Dalam forum B20-G20 Dialogue: Energy, Sustainability, and Climate Task Force pada 30 Agustus 2022 lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan, Indonesia telah berkomitmen mencapai target net zero emission pada tahun 2060.

"Transisi ke sumber energi ramah lingkungan mampu menciptakan jutaan pekerjaan, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mendorong transfer teknologi sehingga membangun keterampilan tenaga kerja terutama di negara berkembang,” ujar Airlangga saat itu, dikutip dari situs Kemenko, Kamis (14/12/2023).

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Menteri Keuangan, Sri Mulyani. Ia mengatakan, transisi energi yang dilakukan salah satunya dengan menutup pembangkit listrik tenaga batu bara.

Baca Juga: Hadapi 3 Tantangan, Begini Strategi PLN Akselerasi Transisi Energi 

1. Penggunaan kendaraan listrik

PT Transjakarta resmi operasikan bus listrik. Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan, akan ada 100 bus listrik yang beroperasi hingga akhir 2022. (IDN Times/Uji Sukma Medianti)

Upaya transisi energi itu sudah mulai terlihat dengan munculnya penggunaan kendaraan listrik di Tanah Air, baik mobil maupun motor.

Berdasarkan data Kementerian Perhubungan per 2022, jumlah kendaraan listrik di Indonesia mencapai 22.671 unit yang terdiri dari 19.689 motor, 2.645 mobil, 270 roda tiga, 19.698 bus, dan 6 pengangkut kecil listrik.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga telah membangun beberapa Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) untuk mendukungnya. Per Oktober 2023, PLN telah memiliki 622 unit SPKLU, 1.839 SPBKLU, dan 9.139 SPLU.

Penggunaan kendaraan listrik dari bahan bakar minyak (BBM) adalah salah satu solusi untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari kendaraan dengan BBM. Emisi karbon itu juga meninggalkan jejak polusi udara yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan.

Contohnya di Jakarta, beberapa unit bus listrik TransJakarta sudah beroperasi. Bus dengan tenaga listrik itu lebih terasa nyaman, mesin yang tidak berisik, dan tentu saja tidak meninggalkan jejak karbon saat mengaspal.

Baca Juga: Bus Listrik TransJakarta Capai 2 Juta Km, Angkut 10 Juta Penumpang

2. Dampak transisi energi

PLN terus mendorong penggunaan energi ramah lingkungan dalam melakukan transisi energi. Melalui sub holding PLN Indonesia Power, PLN membangun PLTS Apung dengan kapasitas 561 kilowatt peak yang dibangun di atas water pond seluas 1 hektar di Semarang. (Dok. PLN)

Berdasarkan penelitian Institute for Essential Services Reform (IESR) bertajuk 'Memastikan Transisi Energi yang Berkeadilan di Indonesia: Pembelajaran dari Studi Kasus Empat Negara' pada tahun 2020, transisi energi akan berdampak bagi industri fosil, khususnya industri batu bara.

"Jika dikelola dengan baik, transisi dapat memberikan peluang bagi perekonomian Indonesia. Sebaliknya, transisi juga dapat membahayakan perekonomian jika pemerintah
tidak siap merespons perubahan," demikian isi penelitian tersebut.

Dikutip dari Indonesia Environment & Energy Center (IEC), transisi energi juga memberikan dampak positif bagi perubahan iklim yang bersumber dari batu bara, minyak, serta gas yang memicu pemanasan global.

Dengan begitu, maka energi yang lebih bersih akan didapatkan sehingga menjaga bumi dari ancaman perubahan iklim. Kemudian, transisi energi juga dapat mengurangi polusi udara dan air yang disebabkan oleh penggunaan energi fosil tersebut.

Transisi ke energi yang berkelanjutan itu juga dapat menjaga keselamatan energi bagi manusia, terutama pekerja serta lingkungan. Sebab, produk energi terbarukan lebih efisien dan aman.

Pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat juga menjadi dampak positif lainnya dari transisi energi. Hal ini akan mengurangi pengeluaran negara terhadap impor sumber energi dan membuka luas lapangan pekerjaan.

Tak hanya itu, biaya operasional juga akan lebih rendah sehingga profitabilitas dapat meningkat.

"Manfaat transisi energi ini akan dirasakan lebih besar untuk masa depan saat penggunaan sumber energi telah beralih sepenuhnya kepada energi yang lebih bersih," demikian catatan IEC.

Baca Juga: Komisi VII DPR Apresiasi Langkah PLN Jalankan Rencana Transisi Energi

3. Upaya PLN lakukan transisi energi

Joint Development Study Agreement (JDSA) oleh Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dan Executive Director Asia sekaligus President Director HDF Energy Indonesia Mathieu Geze, pada Indonesia Paviliun di gelaran COP28, Dubai. (dok. PLN)

Salah satu upaya terbaru PLN dalam melaksanakan transisi energi adalah dengan menandatangani kerja sama melalui Perjanjian Studi Pengembangan Bersama (PSPB) dengan Hydrogen de France (SA) HDF Energy) di acara COP 28 pada 3 Desember 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab.

Perjanjian itu menegaskan upaya kolaboratif dari kedua belah pihak dalam mencapai tujuan emisi nol bersih Indonesia pada tahun 2060.

PLN dan HDF Energy ingin melakukan kajian bersama serta mengevaluasi kelayakan teknis dan finansial dari pembangkit listrik hidrogen renewstable yang didorong oleh HDF
di wilayah Indonesia Timur melalui PSPB tersebut. Pembangkit listrik hidrogen renewstable itu merupakan proyek pertama di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Perjanjian ini memberikan peluang untuk mengeksplorasi berbagai aplikasi hidrogen yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat beserta sumber daya lokal yang tersedia," ujar Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, dikutip dari siaran pers.

Melalui kolaborasi dengan PLN dan HDF Energy tersebut, maka akan mempercepat implementasi pembangkit listrik hidrogen renewstable. Pembangkit listrik itu merupakan pembangkit multi-MW yang menghasilkan energi ramah lingkungan, stabil, dan berkelanjutan.

Hal itu dilakukan dengan menggabungkan sumber energi terbarukan yang bersifat intermiten melalui penyimpanan energi jangka panjang dalam bentuk hidrogen hijau.

“Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam produksi hidrogen hijau dengan mengeksplorasi inovasi teknologi futuristik,” kata dia.

Melalui kerja sama dengan HDF Energy, PLN juga mengembangkan industri hidrogen hijau yang akan diubah menjadi tenaga listrik.

Baca Juga: PLN dan HDF Energy Kerja Sama Pembangkit Listrik Hidrogen

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya