Mitos Seputar Mobil Matik yang Telah Terpatahkan
![Mitos Seputar Mobil Matik yang Telah Terpatahkan](https://cdn.idntimes.com/content-images/community/2024/03/whatsapp-image-2024-03-23-at-104702-pm-2b2823870c37bec67c6c20af813c7f3c-5308680675087a2f7aa4b274b5b16780_600x400.jpeg)
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak mitos yang membayangin kehadiran mobil matik, mulai dari boros, perawatan rumit, gak kuat nanjak, hingga akselerasinya yang lemot. Tapi seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat di dunia otomotif, satu per satu mitos tersebut runtuh.
Kini mobil matik justru mendominasi jalanan sementara mobil bertransmisi manual perlahan mulai tersisih dari persaingan. Nah, berikut beberapa mitos seputar mobil matik yang telah terpatahkan.
1. Mobil matik boros bahan bakar
Pada awal kemunculannya, mobil matik sering dianggap boros bahan bakar. Saat itu teknologi mobil matik memang tidak secanggih sekarang, membuat konsumsi bahan bakar menjadi kurang efisien sehingga boros.
Namun saat ini mobil-mobil matik telah dibekali teknologi pembakaran injeksi dengan berbagai sensor dan ECU yang membuat konsumsi bahan bakar menjadi sangat efisien dan irit. Saat ini mobil-mobil Multi Purpose Vehicle (MPV) matik rata-rata mengonsumsi bahan bakar 1:12 atau satu liter untuk 12 kilometer. Cukup irit, kan?
Bahkan dibadingkan mobil bertransmisi manual, mobil matik dengan teknologi injeksi bisa lebih irit. Sebab, pada mobil matik, putaran mesin, pengabutan bahan bakar, hingga akselerasi telah terkomputerisasi sehingga semua bekerja secara efisien.
Sementara pada mobil manual konsumsi bahan bakar sangat tergantung pada pengemudi. Jika pengemudi sering bermain di putaran mesin atas, maka konsumsi bahan bakar bisa lebih boros dibandingkan mobil matik.
Baca Juga: Kekurangan Motor Bermesin 2 Silinder, Konsumsi Bensin Lebih Boros
Editor’s picks
2. Mobil matik kurang bertenaga
Mobil matik pernah dianggap kurang bertenaga. Ini karena sistem transmisi matik saat itu masih cukup sederhana. Karena itu biasanya pabrikan menaikan kubikasi mesin untuk menutupi kelemahan pada sistem transmisi.
Tapi kini teknologi sudah berkembang sedemikian pesat sehingga tramisi matik pun mengalami peningkatan performa yang cukup mengejutkan. Teknologi Continuously Variable Transmission (CVT) yang kini banyak diadopsi mobil-mobil matik, akselerasi tidak hanya meningkat secara signifikan, tapi kenyamanan berkendara juga jauh lebih baik dibandingkan mobil manual.
3. Perawatan mobi matik lebih mahal
Mitos mengakutkan lainnya seputar mobil matik adalah perawatannya yang rumit dan biaya perbaikannya yang mahal. Mitos ini perlahan mulai terpatahkan seiring dengan semakin sadarnya masyarakat dalam perawatan mobil.
Selama mobil matik dirawat dengan benar dan sesuai dengan anjuran pabrikan, dipastikan mobil tersebut akan awet seawet mobil manual. Hanya saja, biaya perbaikan transmisi matik memang lebih mahal dibandingkan transmisi manual.
Perbaikan transmisi matik konvensional misalnya, biayanya bisa mencapai Rp10 juta. Harga perbaikan transmisi matik CVT bisa jauh lebih mahal. Sementara harga perbaikan tranmisi manual bisa tiga kali lebih murah dari biaya perbaikan transmisi matik.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.